Universitas Nahdatul Ulama Kalimantan Selatan

 
Universitas Nahdatul Ulama Kalimantan Selatan

PROFIL
Keinginan mendirikan Perguruan Tinggi oleh sejumlah tokoh NU Kalimantan Selatan sempat dilakukan tahun 1990-an. Salah satu perintisnya adalah Prof. Drs. H. Harun Utuh (Allah yarham) dosen Unlam dan Prof. Dr. H. Zurkani Jahja (Allah jarham) dosen IAIN. Bersama sejumlah aktivis, didirikanlah “Yayasan Bintang Sembilan”. Mereka merupakan aktivis muda NU yang progresif revolusioner. Tetapi karena situasi internal dan eksternal NU kala itu tidak juga membaik, maka harapan itu tidak membuahkan hasil.

Konferensi Wilayah Nahdlatul Ulama Kalimantan Selatan tahun 2007 memilih seorang ulama sebagai Rais Syuriah (KH Ahmad Supian) dan seorang aktivis muda menjadi Ketua Tanfidziah (HM Syarbani Haira. Pasangan ini sejumlah aktivis muda lainnya, maka kenerja mereka relatif lebih surviv. KH Ahmad Supian, lulusan Pesantren Darussalam Martapura yang kemudian 9 (sembilan) tahun menekuni ilmu agama di Mekkah.

Sementara HM Syarbani Haira, mantan aktivis PMII menyelesaikan pendidikan di Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, yang sehari-hari menjadi dosen di sebuah PTN di Banjarmasin. Salah satu agenda penting yang diusung Kepengurusan PWNU kalimantan Selatan masa khidmad 2007 - 2012 ini adalah mendirikan Perguruan Tinggi NU.

Maka itu, pada saat Musyawarah Kerja Wilayah (Mukerwil) NU Kalimantan Selatan tahun 2010 di Gedung Mahligai Pancasila disertai kegiatan “Lokakarya Peluang NU Mendirikan Perguruan Tinggi” Lokakarya ini menghadirkan sejumlah tokoh, antara lain : Dr. KH. As'ad Said Aly (Wakil Ketua Umum PBNU), Prof. Dr. Ir. H. Muhammad Ruslan, MS (Rektor Universitas Lambung Mangkurat), Dr. H. Geriliansyah Basrindu, MM (Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Kalimantan Selatan), Prof. Dr. H. Abidin HH (Bendahara PBNU, dan beberapa nara sumber lainnya.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN