Hukum Mengangkut Mayat dengan Kendaraan yang Ditarik Kuda atau Manusia

 
Hukum Mengangkut Mayat dengan Kendaraan yang Ditarik Kuda atau Manusia

Mengangkut Mayit dengan Kendaraan yang Ditarik Kuda atau Manusia

Pertanyaan :

Bagaimana hukum mengangkut mayat dengan kendaraan yang ditarik kuda atau manusia, seperti mayatnya orang kafir. Apakah itu boleh (mubah) mutlak, atau sewaktu ada masyaqqat, atau dilarang (mamnu’)?

Jawab :

Sesungguhnya mengangkut mayat dengan kendaraan itu boleh (jaiz), tetapi tidak dapat keutamaan seperti mengangkut di antara kedua batang kayu yang ditetapkan keutamaannya oleh para ulama.

Keterangan, dari kitab:

  1. Al-Minhaj al-Qawim[1]

(وَالْحَمْلُ بَيْنَ الْعَمُوْدَيْنِ أَفْضَلُ مِنَ التَّرْبِيْعِ) إِنْ أُرِيْدَ الاقْتِصَارُ عَلَى أَحَدِهِمَا إِلَى أَنْ قَالَ: (وَاْلأَفْضَلُ أَنْ يَحْمِلَ الْجَنَازَةَ) عِنْدَ عَجْزِ الْمُتَقَدَّمِ عَنْ حَمْلِ الْمُقَدِّمَتَيْنِ كَمَا ذُكِرَ (خَمْسَةٌ) إِلَى أَنْ قَالَ: فَإِنْ عَجَزُوا فَسَبْعَةٌ أَوْ تِسْعَةٌ أَوْ أَكْثَرَ أَوْتَارَ بِحَسْبِ الْحَاجَةِ

Membawa jenazah di antara dua batang kayu (satu orang di depan dan dua orang di belakang) itu lebih baik dibanding dengan cara tarbi’ (empat orang dengan dua  orang di depan dan dua belakang) jika ingin meringkasnya ... Dan ketika satu orang di bagian depan yang memikul dua ujung kayu lemah, seperti keterangan yang  telah disebutkan, yang lebih baik hendaknya pembawa jenazah itu lima orang … tujuh, sembilan atau selebihnya dengan jumlah ganjil sesuai kebutuhan.

[1] Ibn Hajar al-Haitami, al-Minhaj al-Qawim dalam Muhammad Mahfudz al-Tarmasi al-Jawi, Mauhibah Dzi al-Fdhl, (Mesir: al-Amirah al-Syarafiya, 1326 H), Jilid III, h. 328-329.

 

Sumber: Ahkamul Fuqaha no. 152

KEPUTUSAN MUKTAMAR NAHDLATUL ULAMA KE-9

Di Banyuwangi Pada Tanggal 8 Muharram 1353 H. / 23 April 1934 M.