Pesantren Raudlatul Huffadz Bali

 
Fasilitas di Lembaga ini :
Nama Fasilitas Jumlah Nama Fasilitas Jumlah
MI/SD 0 MTS/SMP 1
MA/SMA 1 Maly/Univ. 0
Tahfidz 0 Laboratorium 1
Poli Kesehatan 1 Koperasi 1
Pesantren Raudlatul Huffadz Bali

Profil
Raudlatul Huffadz merupakan salah satu dari beberapa Pondok Pesantren (PonPes) yang ada di Pulau Bali. Pondok ini didirikan oleh KH. Noor Hadi, seorang muslim asal Demak, Jawa Tengah dan terletak di Jl. A. Yani, Gg. Kamboja 1/04, Kecamatan Kediri, Tabanan, Bali. Pesantren yang berdiri di tengah-tengah penduduk yang notabene mayoritas non-muslim ini memfokuskan pada penghafalan al-Qur’an disamping ilmu-ilmu agama lainnya. Sebagai pondok yang berdiri di tengah mayoritas penduduk beragama hindu ini, tentu banyak sisi menarik yang layak untuk diungkap. Baik dari sisi sejarah berdirinya sampai peran dan langkah-langkah hingga mampu eksis di tengah kepungan kepercayaan agama lain. Sejarah dan latar belakang berdirinya pondok pesantren ini bermula dari keinginan beliau Noor Hadi untuk berdakwah dan mendirikan pesantren di Bali.

Pada tahun 1979, beliau dengan hanya bermodalkan hafalan al-Qur’an berangkat memasuki Pulau Dewata. Bapak yang juga warga Nahdlatul Ulama’ (NU) ini terdampar di sebuah mushala di Tabanan ketika pertama kali menjejakkan kaki di Bali. Sebagai seorang musafir yang baru pertama kali datang ke Bali, hal yang pertama kali dilakukan adalah mencari tempat tinggal. Dengan kemampuan hafal al-Qur’an yang dimilikinya, dia berhasil meyakinkan penduduk setempat dan diperbolehkan tinggal di mushala tersebut.

Di daerah yang terletak di Jl. A. Yani ini lah nantinya dia memulai perjuangan mendirikan Pondok Pesantren. Hal yang pertama kali dia lakukan sesampainya di Bali adalah mencari teman-teman seperjuangan yang ada di Bali. Berawal dari pelaksanaan pengajian di satu kecamatan yang belum ada mushalanya itu, Noor Hadi dkk yang menyewa tempat di sebuah ruko pasar mendapatkan perlawanan dari orang-orang setempat  penduduknya terkenal ramah dan baik hati tanpa memandang agama orang lain. Hal ini dibuktikan dari pengalaman Noor Hadi ketika saling bertegur sapa dengan penduduk sekitar. Setiap kali bertemu dia selalu disapa dengan sapaan yang sangat ramah, seperti (mau kemana?, red) lalu disambung dengan (mampir, makan-makan dulu, red). 

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN

 

Relasi Pesantren Lainnya

  • Belum ada pesantren yang berelasi dengan pesantren ini.