Inspirasi Memadukan Nilai Universal dan Lokal Islam

 
Inspirasi Memadukan Nilai Universal dan Lokal Islam
Sumber Gambar: buzzfeed.com, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Sepanjang sejarah Islam dari masa Nabi Muhammad SAW sampai sekarang, Islam mengandung nilai-nilai universal dan lokalitas sekaligus. Keduanya saling isi mengisi dan tidak bisa terpisahkan sampai akhir zaman kelak. Inilah ciri Islam di mana Nabi Muhammad SAW sebagai rasul terakhir, yaitu menebarkan nilai-nilai universal tapi juga mengadopsi nilai-nilai lokal.

Persaudaran umat Islam adalah nilai universal, namun Nabi Muhammad SAW tetap mengakui lokalitas dengan memberi istilah kaum Muhajirin dan Anshor. Muhajirin berasal dari Makkah yang hijrah ke Madinah, sedangkan Anshor adalah mereka yang tinggal di Madinah dan menerima serta menolong kaum Muhajirin untuk bisa nyaman dan aman tinggal di Madinah.

Apakah nilai universal persaudaraan Islam menjadi rusak karena pembagian dua kelompok Muhajirin dan Anshor ini? Tentu tidak demikian. Justru mereka dipersaudarakan dalam naungan Islam.

Rasulullah yang berasal dari suku Quraisy juga tetap memelihara jati dirinya dengan mengatakan “pemimpin itu dari suku Quraisy”. Pada saat yang sama turun ayat Al-Qur’an semisal surat Al-Hasyr ayat 9, dan sekian banyak pernyataan Nabi akan keutamaan kaum Anshor.

Poinnya adalah berbeda tapi tetap bersaudara. Nilai universal persaudaraan Islam dijadikan pijakan, namun perbedaan peran masing-masing pihak tetap diakui. Indah bukan?

Rasulullah juga tidak begitu saja membuang nilai-nilai lokal. Mana yang baik dan masih bisa diiadopsi dalam ajaran Islam, akan rasul ambil. Yang jelek dan bertentangan dengan aqidah akan rasul tolak. Misalnya, praktik mengubur anak perempuan hidup-hidup dikecam dan dilarang dengan tegas. Namun dalam hal kewarisan, konsep

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN