Wirid Para Abdal (3): Tentang Imam Ibrahim at-Taimi, al-A’masy dan Ibnu Wabrah
Nur Kholik Ridwan
Anggota PP RMI NU
Penerima pertama wirid al-Musabba`ât al-`Asyara dari Nabi Hidhir, berdasarkan hikayat dalam Quttul Qulûb dan Ihyâ’ adalah Imam Ibrahim at-Taimi, lalu dituturkan oleh A’masy dan dikemukakan oleh wali Abdal bernama Kurz bin Wabrah, sebagai amalan yang diterima dari kawannya. Imam Ibrahim at-Taimi mendapat mimpi bertemu Kanjeng Nabi Muhammad dan beliau mengabarkan fadhilah dari wirid itu, setelah sebelumnya bertemu dengan Hidhir di Mekkah. Sementara Syaikh Kurz bin Wabrah mendapat hadiah wirid mulia dari sahabatnya dari Syam.
Tanggapan sebagian ahli hadits tentang ini berbeda dari kalangan sufi. Hafizh Murtadho az-Zubaidi, berusaha menjelaskan, dengan berusaha memahami selain dari sudut ilmu hadits, juga dari ilmu tasawuf, sehingga, untuk al-Fadho’ilul A’mâl menurutnya bisa diamalkan. Begini komentar pensyarah Ihyâ’ itu, ketika mengomentari ini:
“Al-A’masy menyebutkan/meriwayatkan ini darinya bi`ainihi menurut pengarang kitab Quttul Qulûb, dari awal sampai akhirnya, dan menukil juga pengarang kitab Al-Awâriful Ma`arif (kitab tasawuf terkenal karangan as-Suhrawardhi) secara ringkas, dan yang diriwayatkan dari al-A’masy, berkata: “Saya mendengar dari Ibrahim at-Taimi, berkata: “Saya berdiam30 hari tidak makan.” Dan Ibnu Asakir meriwayatkan di dalam Kitab at-Târîkh (Tarikh Ibnu Asakir) dari jalan Umar bin Farwah dari Abdurrahman bin Habib dari Sa`id bin Said dari Kurz bin Wabrah dari seorang laki-laki Syam dari Ibrahim bahwa Hidhir mengahadiahi al-Mussaba`ât al-Asyar, dan berkata di bagian akhirnya, bahwa Nabi Muhammad memberinya adalah “tidak memiliki asal” dan tidak syah di dalam hadits (ilmu hadits). Ijtima’nya Hidhir dengan Kanjeng Nabi Muhammad tidak ada ijtima’nya, dan juga hidup dan wafatnya.”
Memuat Komentar ...