Wahid Foundation: Waspadai Politik Kebencian di Pilpres 2019
LADUNI.ID-JAKARTA-Fenomena politisasi agama seperti yang muncul dalam pilkada DKI Jakarta 2017 menunjukan jika masalah utama bukan karena masyarakat alergi dengan perbedaan agama atau keyakinan. Masyarakat Indonesia umumnya menyadari jika perbedaan tersebut merupakan kenyataan bangsa Indonesia.
“Masalah terbesar dalam politisasi agama terjadi setidaknya karena dua hal. Pertama, penggunaan idiom atau simbol agama secara eksesif dan tidak tepat di ruang-ruang politik. Kedua, adanya usaha-usaha sebagian kelompok memanfaatkan perasaan tidak suka, rasa terancam dan kebencian terhadap kelompok yang berbeda untuk meraih dukungan politik,” kata Direktur Wahid Foundation (WF) Yenny Zannuba Wahid di Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (8/8).
Yenny juga menambahkan jika analisis itu didukung dengan hasil Survei Nasional kami tahun 2017. Ketidaksukaan dan kebencian dalam survei itu menjadi salah satu faktor yang berpengaruh langsung bagi aksi-aksi intoleransi.
Pernyataan di atas disampaikan Yenny yang juga penerima Duta Perdamaian dari Universal Peace Federation di hadapan lebih dari dua ratus undangan Peluncuran Laporan Kemerdekaan Beragama Berkeyakinan dan Politisasi Agama 2017. Mereka berasal dari perwakilan-perwakilan pemerintah, organisasi keagamaan, organisasi masyarakat sipil, dan masyarakat umum.
Sepanjang pilkada 2017 di Pulau Jawa, WF mencatat 28 peristiwa politisasi agama dengan 36 tindakan. Perbedaan jumlah dan tindakan ini mengandaikan jika dalam satu peristiwa terjadi beberapa tindakan. Peristiwa paling banyak terjadi di DKI Jakarta (24 peristiwa) menjelang putaran satu dan dua. Berikutnya Jawa Barat (3 peristiwa) dan Banten (1 peristiwa).
Memuat Komentar ...