Toleransi vs Intoleransi di Pilpres 2019
Pertarungan Pilpres 2019 bukanlah pertarungan antara nasionalis vs agamis. Bukan juga pertarungan antara Islam vs non-Islam, waras vs ngga waras, bahkan, bukan pula pertarungan antara Islam Nusantara vs Khilafah.
Pilpres 2019 itu adalah pertarungan antara kelompok toleran vs kelompok intoleran. Ini penting untuk dicermati.
Di dalam spektrum ekstrimisme, ada beberapa klasifikasi dari liberal (kelompok yang mempraktekkan nilai-nilai barat) sampai pada extrim (termasuk teroris). Jumlah mereka ini sangat kecil. Nah, ada 2 kelompok antara yang mendominasi yaitu "konservatif toleran" dan "konservatif intoleran". Ini adalah orang-orang dengan latar belakang poleksosbud berbeda yang memegang teguh nilai-nilai agama. Yang membedakan adalah yang satunya toleran terhadap orang yang berbeda dengan mereka, dan yang satu lagi tidak toleran.
Konservatif intoleran itu bukanlah orang-orang yang ingin mendirikan Khilafah, akan tetapi orang-orang yang cukup terusik dengan tetangga yang berbeda keyakinan dengan mereka, dan atau berinteraksi dengan orang yang berbeda keyakinan dengan mereka. Mereka tidak harus bergabung dengan gerakan bernomer, dan/atau mengikuti kelompok-kelompok ekstrim. Bahkan mereka bisa dengan terbuka menolak terorisme dan ekstrimisme. Ini adalah orang-orang yang mampu berada di dua dunia: modernisme sekaligus konservatisme.
Kelompok konservatif intoleran ini sedikit lebih banyak dari yang toleran. Dengan demikian maka mereka ini yang cukup penting untuk menentukan arah kebijakan publik yang diambil dengan voting, seperti Pilpres 2019 nanti.
Memuat Komentar ...