Sudah Lumrah, Sejak Zaman Belanda Kyai NU Selalu Menggertak Penguasa

 
Sudah Lumrah, Sejak Zaman Belanda Kyai NU Selalu Menggertak Penguasa

Pernyataan KH Ma'ruf Amin kepada Pak Jokowi dengan mengatakan bahwa apabila bukan kyai NU yang dijadikan cawapres pendamping Pakde,  maka warga NU tidak berkewajiban mensukseskan pemilu 2019. Pernyataan ini ternyata menuai kebingungan sekaligus kekagetan luar biasa. 

Hal ini telah diungkapkan secara jujur oleh Prof Mahfudz MD dan segera setelah itu bagai bara api dalam rumput kering ditiup angin segera merambat dan membakar dengan begitu dahsyat. 

Caci maki,  tudingan,  hujatan hingga fitnahan kembali menggelora cetar membahana.  Banyak pihak yang menyayangkan hal ini. 

Padahal jika kita mau melihat sejarah NU,  adalah suatu hal yang sangat lumrah bagi Kyai NU untuk menggertak penguasa. 

Mari kita simak sekelumit diantaranya : 

- Hadlrotussyaikh Hasyim Asy'arie menggertak Penguasa Arabia untuk membatalkan pembongkaran kubah makam Kanjeng Nabi,  tetap membuka Makkah Madinah bagi semua kaum muslimin yang hendak beribadah haji,  serta diperbolehkannya keberagaman madzhab hidup di sana. 

- Guru Mulia KH Abdul Halim Leuimending Majalengka menggertak Penguasa Belanda melalui ekonomi kerakyatan yang kokoh dan mandiri. 

- Guru Mulia KH Raden Asnawi Kudus menggertak Penguasa Belanda supaya menyediakan gerbong untuk sholat bagi pengguna jasa kereta api. Malah jaman setelah kemerdekaan fasilitas ini dihilangkan. 

- Guru Mulia KH Wahab Hasbullah menggertak Penguasa Jepang untuk membebaskan para Kyai yang ditahan aparat Jepang karena menolak sekerai dan menuntut pelegalan NU yang dibekukan. 

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN