Pengakuan Ekonom Penghancur #6: Manipulasi Pertumbuhan Ekonomi, awal Korporatokrasi

 
Pengakuan Ekonom Penghancur #6: Manipulasi Pertumbuhan Ekonomi, awal Korporatokrasi

Tim kami yang terdiri dari 11 orang menghabiskan enam hari di Jakarta untuk mendaftarkan diri di kedutaan Amerika Serikat, menemui berbagai pejabat, mengatur diri kami sendiri, dan bersantai di sekeliling kolam renang. Jumlah orang Amerika yang tinggal di Hotel InterContinental membuat aku kagum. Aku senang sekali menyaksikan perempuan muda yang cantik-cantik- istri para eksekutif perusahaan minyak dan konstruksi -yang melewatkan hari-harinya di kolam renang dan di setengah lusin restoran yang mewah di dalam dan di sekitar hotel.

Kemudian Charlie memindahkan tim kami ke kota pegunungan Bandung. Iklimnya lebih sejuk, kemiskinan tidak terlalu mencolok, dan gangguan lebih sedikit. Kami diberikan sebuah wisma tamu pemerintah yang kami sebut Wisma, lengkap dengan seorang manajer, seorang juru masak, seorang tukang kebun, dan sekumpulan pelayan. Dibangun selama periode kolonial Belanda, Wisma adalah sebuah tempat singgah. Berandanya yang luas menghadap ke perkebunan teh yang menghampar melintasi bukit yang mengombak-ombak dan naik ke lereng gunung-gunung berapi Jawa.

Selain perumahan, kami disediakan sebelas kendaraan Toyota off-road masing-masing dengan supir dan penerjemah. Akhirnya, kami dihadiahi keanggotaan Bandung Golf and Racket Club yang eksklusif, dan kami ditempatkan di sederetan kantor di markas besar Perusahaan Listrik Negara (PLN), yang adalah perusahaan utilitas listrik yang dimiliki oleh pemerintah.

Bagiku, beberapa hari pertama di Bandung melibatkan serangkaian pertemuan dengan Charlie dan Howard Parker. Howard berusia 70-an tahun dan adalah pensiunan kepala pembuat prediksi

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN