Mensyukuri Kemerdekaan RI, Majelis Taklim Al Ittihad Al Islami, Telaah Dua Sosok untuk Suri Tauladan

 
Mensyukuri Kemerdekaan RI, Majelis Taklim Al Ittihad Al Islami, Telaah Dua Sosok untuk Suri Tauladan

LADUNI.ID I Bogor - Pengajian Ahad yang rutin dilakukan di Majelis Taklim Al Ittihad Al Islami, Citayam, Ragajaya kecamatan Bojonggede  Bogor Jawa Barat. Mengusung tema “17 Agustus Mengenang Suri Tauladan Hakiki Para Pahlawan Bangsa”. Minggu (19/8/2018).

Pada Kesempatan itu H. Abdul Hadi Hasan, Lc, menyampaikan 17 Agustus merupakan tanggal nan sakral dan suci, karena selain dikenang sebagai hari kemerdekaan RI juga terikat dengan sayidil ayyam, hari Jumat. Sejarawan mencatat kemerdekaan terjadi dibulan suci Ramadhan

“Kita harus mensyukuri kemerdekaan RI ke 73, kemerdekaan sesuatu yang sakral karena yang diperjuangkan adalah konsep keadilan dan kedamaian.” kata Kang Hadi dalam ceramahnya.

Dalam ceramahnya kang Hadi, mengungkapkan dua sosok panutan untuk menjadi suri tauladan para kiai. Lanjut dia, para kiai dalam melangkah selalu bercermin kepada para Nabi, antara kepada Rasul Saw dan Nabi Ibrahim. Kita akan sebutkan dua sosok penting yang membumi, menyatu pada diri para pahlawan kita.

Pertama, Sosok Rasul Saw. Dalam kitab tarikh dijelaskan bahwa Rasul Saw berjuang dengan melesatkan segala potensi dirinya, keluarga lalu para sahabatnya. Hal itu pengaplikasian yang sesuai dengan perintah Allah SWT dalam surat Attahrim ayat ke 6.

“Allah SWT menekankan metodelogi dakwah terakurat, harus dimulai pada diri sendiri, pada saat itu Rasul saw yang termasuk manusia paling sempurna menyeru keluarganya, kemudian berlanjut pada kalangan para sahabat. Rasul saw menyampaikan petunjuk, kabar gembira dan peringata pada mereka,” terangnya

Lanjutnya, yang kedua, sosok Nabi Ibrahim, dalam surat Ibrahim ayat ke 37, Allah berfirman terkait doa Nabi Ibrahim, “ Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanaman-tanaman di dekat tempat ( Baitullah) Engkau yang dihormati, Ya Tuhan kami agar mereka mengerjakan sholat dan jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan berilah mereka Rizqi”

“Dari ayat diatas kita dapat memahami perjuangan Nabi Ibrahim yang juga selalu menyertakan keluarganya. Hal itu untuk menunjukan bahwa dakwah dan perjuangan hakiki terberat kepada keluarga. Nabi Ibrahim berserah diri hanya kepada Allah SWT, seraya berdoa menyatakan bahwa istri dan keturunannya ditinggalkan di tempat tak ada apa-apa, tapi tenang selalu menyertai karena itu Baitullah,” terangnya lagi.

Ia melanjutkan, nabi Ibrahim selain berjuang bersama keluarganya juga dikenal sebagai pemberani dan bapak tauhid, karena berjihad menjelaskan nilai ketauhidan, nilai persaudaraan, nilai hakikat ibadah sehingga harus rela dilempar ke api unggun raksasa.

“Semua cobaan, halangan rintangan dihadapinya, sama seperti Rasul Saw. Keduanya tidak pernah mengeluh karena keimanannya yang kuat dan tangguh,” terangnya dengan penuh ketelitian.

Doa sosok Nabi yang mulai itu merupakan suri tauladan hakiki, tidak heran para pahlawan Indonesia bilkhusus para kiai yang tergabung dalam pasukan Hizbullah dengan serba keterbatasan selalu yakin mereka akan meraih kemenangan. Perjuangan mereka bersifat universal dan berlandaskan keimanan.

Harta, nyawa, keluarga, sahabat lanjutnya, semua dikorbankan demi tegaknya nilai suci kemerdekaan, tegaknya keadilan dan meratanya kemakmuran di bumi Indonesia.

“Kita sebagai penerus bangsa tentu harus mengisi kemerdekaan dengan rasa optimis, sederhananya bagi para ibu pengajian harus lebih rajin ngajinya, mendidik anak, kuatkan ikatan hanya kepada Allah SWT, sucika diri, jihad kita jihadunnafs.” Pungkas kang Hadi sambil menutup kajiannya.

(hadi/srf)