Mewaspadai Post-truth

 
Mewaspadai Post-truth
Saya lebih suka menyebut “Post-truth”, sebagai sebuah prilaku dishonesty and deception, ketidakjujuran yang dipadukan dengan penipuan. Sebuah upaya untuk menempatkan sesuatu yang tidak benar agar menjadi seolah-olah benar. Untuk mencapai tujuan itu, fakta-fakta diabaikan dalam mempengaruhi dan membentuk opini publik. Gantinya, disebarkanlah fakta-fakta palsu yang menggerakkan sentimen emosi publik. Semakin besar dan tak masuk akal kebohongannya akan semakin baik, itu salah satu ciri khasnya. Ciri lainnya, post-truth berpegang pada anggapan bahwa lebih mudah menyampaikan pesan atau mencapai apa yang diinginkan dengan cara membuat publik marah, benci, kesal, sebal dan sejenisnya (meskipun) dengan cara berbohong. Cara itu dianggap lebih berpengaruh ketimbang menyampaikan fakta-fakta. Post-truth selalu emosional dan menyesatkan.
 
Post-truth memperoleh percepatan penyebaran dengan tersedianya media sosial dan kadang media konvensional. Namun, post-truth sangat mengandalkan media sosial. Propagandanya di desain sesuai dengan sifat media sosial yang ringkas, gratis, mudah diperbincangkan, mudah disebarluaskan, mudah dijangkau dan diantarkan langsung ke hadapan pemirsanya yang jumlahnya entah berapa banyak pada detik ini.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN