Bioplasga: Plastik Ramah Lingkungan Dari Selulosa Rumput Gajah

 
Bioplasga: Plastik Ramah Lingkungan Dari Selulosa Rumput Gajah

LADUNI.ID - Yogyakarta. Plastik yang sangat sulit diuraikan oleh mikroba di dalam tanah kini semakin menjadi permasalahan yang pelik bagi lingkungan kita. Masalah juga timbul pada bahan pembuatan plastik yang keadaannya di alam semakin menipis yaitu minyak bumi, gas alam dan batu bara. Sifat sulit terurai oleh alam menjadi sumber masalah lingkungan yang disebabkan oleh material plastik. Struktur kimia plastik sebagai senyawa organik polimer terbentuk dari rantai karbon yang sangat kuat.

Secara alamiah, untuk memecah rantai karbon tersebut membutuhkan waktu yang sangat panjang, hingga mencapai ratusan bahkan ribuan tahun. Sebagai solusi permasalahan tersebut, kini telah banyak dikembangkan bioplastik atau plastik biodegradable, yaitu plastik yang terbuat dari bahan-bahan yang dapat diperbarui dan mudah diuraikan oleh alam. Sementara menurut riset Sustainable Waste Indonesia (SWI), ada 1,3 juta sampah plastik per tahun yang tidak dikelola.

Masalah sampah plastik konvensional yang tidak bisa terurai secara alami ini mendorong mahasiswi Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta, Hestiana, Mahclisatul Qolbiyah, dan Yashinta Devi membuat inovasi bioplastik (biodegradable plastic) berbahan rumput gajah (Pennisetum purpureum). Hasil inovasi tersebut diberi nama "Bioplasga" atau Bioplastik Selulosa Rumput Gajah.

"Selama ini rumput gajah hanya dimanfaatkan sebagai pakan hewan ternak bahkan dianggap sebagai tanaman pengganggu, padahal memiliki kandungan selulosa yang relatif tinggi," jelas Hestiana, belum lama ini.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN