Menghindari Sifat Kaum Khawarij Modern dalam Memandang Seorang Pemimpin
Laduni.ID, Jakarta - Dalam kehidupan di dunia ini, kita dijadikan Allah SWT sebagai khalifah (pemimpin), minimal pemimpin diri sendiri. Begitu pula dalam konteks masyarakat secara lebih luas dan lebih umum, dari tingkat pedesaan hingga ke atas termasuk negara, tentu ada yang menjadi pemimpin. Dan sebagai Negara Republik, Indonesia harus dipimpin oleh seorang presiden, bukan seorang raja. Pemimpin dipiliah oleh rakyat secara adil dalam pemilihan umum.
Kita harus menyadari, bahwa sosok pemimpin itu juga merupakan manusia biasa yang tidak ma'shum atau terjaga dari kesalahan, yang tentunya kesalahan dan kekhilafan kerap juga terjadi dalam menjalankan roda kepemimpinan.
Lantas apakah tepat jika kita langsung mencaci dan sejenisnya kala pemimpin kita berbuat khilah atau kesalahan, baik disengaja maupun tidak?
Dalam konteks ini, tentu ada prosedur tersendiri dalam memperingatkan pemerintah atau mengkritiknya, baik dalam perspektif agama maupun undang-undang yang berlaku di negara kita tercinta ini.
Tapi tidak bisa dipungkiri, bahwa sebagian golongan dari masyarakat ada yang tanpa kontrol melontarkan kritik yang berupa cacian dan makian, yang terkadang tak berdasar sama sekali. Mereka melakukan hal itu tidak lain adalah karena egoisme dan merasa paling benar, tanpa sadar bahwa mereka juga telah melakukan kesalahan.
Melihat fenomena yang demikian itu, jika kita membuka kembali sejarah Islam, kita akan menemukan sebagian kelompok yang cenderung bersikap kasar, atau lebih tepatnya sembarangan dalam mengkritik dan merasa paling benar. Mereka dikenal dengan sebutan kaum Khawarij. Kaum yang tidak menghendaki seorang pemimpin yang tidak seideal yang mereka inginkan.
Memuat Komentar ...