Tahun 1980-an M: Kisah Ulama Nusantara Penakluk Bandara

 
Tahun 1980-an M: Kisah Ulama Nusantara Penakluk Bandara
Sumber Gambar: Laduni.id

Laduni.ID, Jakarta - Pertemuana pertama Tuan Guru Sekumpul, KH. Zaini Abdul Ghani, dengan Syekh Yasin Al-Faddani terjadi dalam suasana yang sangat sakral. Mereka bertemu di Makkah saat Guru Ijai menjalankan ibadah haji keduanya pada tahun 1980 Masehi.

Pertemuan ini mempertemukan dua sosok yang masing-masing sangat dihormati di kalangan ulama. Guru Ijai, yang kala itu dikenal sebagai ulama kharismatik dari Kalimantan Selatan, merasa mendapat kehormatan saat Syekh Yasin membuka pintu rumahnya untuknya. Ia sering datang, belajar langsung, dan menerima ijazah ilmu-ilmu yang Syekh Yasin sampaikan. Bukan hanya ilmu agama, tetapi juga keberkahan sanad yang langsung bersambung pada ulama-ulama besar.

Kedatangan Syekh Yasin ke Martapura: Jejak Sanad

Beberapa tahun kemudian, di sela-sela kunjungannya ke Indonesia, Syekh Yasin datang ke Martapura, Kalimantan Selatan. Ia tak hanya datang sebagai ulama besar, tetapi juga sebagai pewaris ilmu dan sanad yang ingin disampaikan kepada para muridnya di Nusantara. Di Pondok Pesantren Darussalam Martapura, Syekh Yasin memberikan ijazah kepada para guru dan santri. Di sini, ia melihat betapa ilmu yang ia berika disambut dengan khidmat, merepresentasikan warisan keilmuan Islam yang putus dari generasi ke generasi.

Kenangan yang Tak Terlupakan di Rumah Guru Ijai

Sebelum berangkat meninggalkan Kalimantan Selatan, Syekh Yasin mampir ke rumah Guru Ijai di Keraton, tak jauh dari Pondok Pesantren Darussalam. Sejenak beristirahat di sana, panitia kunjungan menyarankan agar Syekh Yasin berziarah ke makam Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari di Kelampayan, ulama besar Banjar yang sangat dihormati. Tetapi, dengan nada penuh makna, Syekh Yasin menolak tawaran tersebut seraya berkata,

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN