Dakwah Sejatinya Tuntunan, bukan Tontonan dan Bukan untuk Galang Massa

 
Dakwah Sejatinya Tuntunan, bukan Tontonan dan Bukan untuk Galang Massa

LADUNI.ID - Islam hadir di tengah-tengah ummat bukan untuk membelenggu. Ia hadir demi memperindah tatanan, yang rusak, ia perbaiki, yang salah, ia betulkan, yang bengkok, ia luruskan, yang jelek, ia baguskan, yang bodoh, ia pintarkan, yang baik, ia ajarkan, yang merusak, ia larangkan dan seterusnya. Islam hadir demi kasih sayang untuk sekalian alam.

Semua agama di dunia menyeru kedamaian. Begitu pula dengan Islam. Islam adalah agama yang cinta damai. Islam sangat mengutuk segala bentuk kekerasan yang bisa mengancam keselamatan umat. Allah berfirman, “Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyaa’: 107)

Para pembawa Islam di Tanah Nusantara dikenal sebagai ulama-ulama yang membawa Islam dengan ramah dan dakwah yang damai. Mereka berdakwah kepada masyarakat dengan mau’izatul hasanah, yaitu pemahaman tentang Islam, peringatan-peringatan dengan lembut, bertukar pikiran dari hati ke hati dan toleransi. Namun, apabila cara tersebut belum juga berhasil, maka para pendakwah itu menggunakan cara berikutnya, yakni al-mujadalah billati hiya ahsan (bertukar pikiran secara konstruktif).

Meskipun demikian, di era ini cara dakwah semacam itu lambat laun mulai berubah menjadi dakwah yang berorientasi pada industri bisnis dan komersil. Banyak para pendakwah ‘dadakan’ yang dikenal masyarakat dengan cara instan seperti melalui media sosial ataupun media televisi. Banyak pula figur publik bermodalkan popularitas mulai berbicara agama di depan publik. Bahkan dalam kenyataan yang lebih memprihatinkan, ada pula penggalangan massa berkedok dakwah atau memakai simbol-simbol agama.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN