Mencari Cinta Sang Pemilik Cinta
Oleh Sholihin H. Z.
Anggota PW ISNU Kalbar
Sungguh bahagia rasanya jika hidup kita menjadi orang yang dicintai. Jika kita mencintai seseorang bisa jadi orang yang kita cintai tidak respon terhadap “rasa” kita, namun jika kita menjadi obyek yang dicintai maka hukum cinta berlaku yang sebenarnya inipun tetap berlaku pada orang yang sedang jatuh cinta atau ia menjadi obyek cinta. Hukum cinta yakni rela berbuat apapun demi yang dicintai, sesuatu yang terkesan irrasional justru menjadi kenyataan, menjadikan obyek yang dicintai sedikit banyak sebagai kiblat pola hidupnya apakah dari segi mode-fashion, cara berbicara, apa yang menjadi kebiasaan dan sebagainya. Disinilah amazing-nya cinta.
Apakah cinta mesti berdekatan dan selalu berdampingan? Cinta adalah rasa, seorang yang sedang mencintai orang lain maka ia akan melakukan apapun yang diinginkan oleh orang yang menjadi pujaan hati dan belahan jiwanya. Rasa ingin tahu tentangnya, rasa ingin selalu bermesraan dengannya, rasa ingin memberikan yang terbaik untuknya. Jika ini dilakukan terus menerus istilah gaul- PDKT nya perlahan namun pasti akan memberikan efek dan dampak tersendiri. Pepatah Arab mengatakan, Cinta bukan berarti kita selalu berada di sisi orang yang kita cintai, tapi cinta itu adalah tatkala kita berada dalam hati orang yang kita cintai.
Bagaimana kalau rasa itu kita alihkan dan fokuskan kepada Sang Pemberi Cinta, Sumber Kebahagiaan, Allah SWT. Dalam berbagai ayat al-Quran mudah ditemukan pernyataan Allah SWT tentang cinta. Begitu luasnya cinta-Nya sehingga sepertinya tidak ada celah yang menunjukkan bahwa siksaan-Nya adalah keras, kemurkaan-Nya pada makhluk yang berani menserikatkan-Nya adalah murkanya yang paling besar, kalaupun ditemukan pada beberapa teks ayat maka itu menunjukkan sudah begitu melampauibatasnya sikap dan tingkah polah manusia. Ia mencintai orang yang berbuat baik (muhsinin), Ia mencintai orang yang bertaubat dan yang menyucikan diri (tawwabiin), Ia mencintai orang-orang yang bertawakkal (mutawakkilin), Ia mencintai keindahan (yuhibbul jamal), Ia mencintai orang yang berlaku adil (muqsithin), dan bahkan Ia menyukai keteraturan karena kedisiplinan yang diibaratkan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. Sangat banyak ayat yang menyatakan tentang sifat kelembutan, kasih sayang dan kecintaannya pada makhluk-Nya.
Memuat Komentar ...