Sebuah Renungan tentang "Absensi" Kematian
Laduni.ID, Jakarta - Suatu hari Imam Ghazali yang bergelar Hujjatul Islam bertanya kepada murid-muridnya, "Wahai murid-muridku, apakah yang paling dekat dengan kalian?"
Lalu para murid berkata, "Yang paling dekat adalah orang tua kami, saudara-saudara kami, orang-orang yang kami cintai dan mereka mencintai kami."
Imam Ghazali membenarkan jawaban para muridnya, namun memberikan penegasan bahwa sesungguhnya yang paling dekat tidak lain adalah kematian.
Kematian adalah sebagian dari rahasia Allah SWT, karenanya tidak ada satu makhluk pun yang tahu kapan ia akan meninggalkan dunia ini. Kematian sesungguhnya adalah ujian untuk melihat kualitas seorang hamba ketika masih hidup. Bahkan dalam QS. Al-Mulk ayat 2 disebutkan bahwa kematian dan kehidupan adalah soal ujian yang diberikan Allah SWT untuk melihat siapa yang ahsanu amalan (paling baik amalnya). Hal ini dipertgas lagi dalam QS. Al-Jumu'ah ayat 8 dinyatakan, "Katakanlah, 'Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.'" Firman Allah SWT tentang hal yang serupa juga dapat ditemukan dalam QS. Luqman ayat 34.
Namun kepada manusia pilihan-Nya, diberikanlah isyarat dan tanda-tanda, dan kepastian sepenuhnya tetap milik Allah SWT. Misterinya kematian ini yang tidak tahu kapan tiba datangnya. Hal ini hendaknya mengajak kita pada pemahaman bahwa kematian sesungguhnya amat dekat dengan kehidupan kita. Kematian itu bukan hanya jaminan bagi seseorang yang sudah kelihatan sepuh, tua, dan berjalan tertatih-tatih akan segera menemui ajalnya. Tetapi juga tidak ada garansi jika yang segar bugar, muda, dan energik akan jauh dari kematian. Betapa banyak orang yang dalam kondisi di atas atau malah sebaliknya kematian masih jauh dan dekat dengan mereka.
Memuat Komentar ...