Di Balik Kekuatan Doa
LADUNI.ID, Jakarta - Syaikhoni Dimyatani, Abuya Dimyati Cidahu Al-Bantani dan Abah Dimyati Brebes, Kaliwungu Kendal. Suatu hari saat di Kaliwungu manakala Abuya mesantren Tabarrukan di Kaliwungu bersama Putranya Buya Muhtadi, yang mana Abuya sesungguhnya sudah 'Aalim dengan menguasai berbagai ilmu, akan tetapi ilmu itu sesuatu yang tak bertepi. Beliau menggali semakin dalam, semakin dipahami semakin luas, semakin diresapi semakIn indah.
Jadi Abuya itu tipikal orang yang tak ada kenyangnya terhadap ilmu dan ibadah, maka Abuya mesantren di Kaliwungu inilah sebagai bentuk ngalap barakah terhadap ulama Jawa ,meskipun sudah alim. Aktifitas di pondoknya luar biasa, Abuya itu ahli ibadah, ahli ngaji. Sebagian besar waktu hidupnya itu ngaji, shalat, puasa dan ibadah saja.
Suatu saat Abuya ngaji kitab Mughnil Muhtaj dan hampir khatam. Seperti biasa ada acara mayoran alakadarnya ketika khataman, akan tetapi saat itu Abuya tidak punya apa-apa, perbekalan sudah habis dan kebetulan berjumpa dengan Abah Dimyati Brebes, kemudian Abuya menyapa Abah, terjadilah sedikit percakapan.
"Pak Dim, kula niki bade khataman Bukhari mboten gadah napa-napa, pripun niki, Pak?" tanya Abuya.
"Njenengan gadah sedoyo, njenengan gadah Doa toh, K'ai," tutur Abah.
"La Ilaha illa Allah."
"Monggo, Kiai, njenengan ndungo kulo sing ngamini.
Lalu berdoalah Abuya dan diamini oleh Abah, selang beberapa hari saat waktu khataman tiba, mendadak banyak orang kampung setempat yang datang mencari Abuya dengan membawa bermacam rupa. Ada yang membawa beras, ada yang membawa sayuran, ada yang membawa bumbu, hingga semua komplit. Acara khataman berjalan lancar, meriah, barakah.
Memuat Komentar ...