Bekerja itu Bukan Mencari Rezeki tetapi Fitrah Manusia yang Harus Dikerjakan
LADUNI.ID - "Tak dungakno Rejeki lancar, gampang nyambut gawene" (saya doakan rejeki lancar, mudah bekerja) Ucap Kiai Naini yang akrab dipanggil Kiai Thobib. "Trus supados rejeki lancar niku mahos dungo nopo, Mbah? (Lantas, agar rejeki lancar itu membaca doa apa, Mbah?) Tanyaku.
Kiai sepuh alumni tebuireng yang berusia 84 tahun ini pun membaca ayat " waman yattaqillaha yaj'al lahu makhrojan wayarzuqhu min haitsu la yahtasib, waman yatawakkal alallah fahuwa hasbuhu, innallaha baalighu amrihi, qad ja'alallahu likulli syaiin qadraa"
Gusti Allah nggawe cangkem (mulut) bolong (berlubang) supoyo diisi panganan. Wong sing rejekine ketoto, insyaallah nyambut gawene penak (seseorang yang tertata rejekinya, insyaallah bekerja bisa enak). Nyambut gawe nek rejekine durung ketoto, yo ora bakal penak. (Bekerja bilamana rejeki belum tertata, ya sulit untuk enak).
Sekedar pemahaman pendekku: maksud Rejeki menurut beliau, bukanlah materi semata akan tetapi taqwa, tawakkal, sehat adalah rejeki/modal utama untuk bergerak dan bekerja.
Ini bila dicermati memiliki arti bahwa sesungguhnya Bekerja itu bukan untuk mencari rejeki, akan tetapi itu merupakan Sunnatullah, fitrah manusia. Sebab rejeki itu sebenarnya sudah "ada" dan beriringan dengan hidup manusia. Dan yang terpenting adalah syukurilah rejeki yang ada, yang dimiliki, dan gunakanlah untuk bekerja dengan halal. Sebab waqalilun min 'ibadiyassyakuur (sangat sedikit dari hamba-hambaku yang bersyukur). Alangkah tepat, jikalau "sesuatu" yang telah kita miliki selalu kita syukuri. Bukankah Allah berfirman: "lain syakartum la azidannakum, walain kafartum inna adzabi lasyadiid?!"
Memuat Komentar ...