Wahdatul Wujud #2: Menelusuri Jalan Tasawuf Sufi
LADUNI.ID, TASAWUF- Kita mengetahui bahwa problema wahdatul wujud tidak terlepas dari dunia tasawuf atau sufi. Terkadang slogan sesat bahkan kufur yang selayaknya tidak perlu terjadi dialamat kepada golongan tasawuf atau sufi yang bertitel arifbillah. Tentu saja hal ini ekses dari pemahaman keliru tentang wahdatul wujud bahkan tidak sedikit yang menyamaratakan ungkapan sesat kepada semua elemen sufi dan tarekat.
Dalam perjalannya, tidak sedikit pada mulanya para pengkritik dan pencela golongan tasawuf dan sufi, begitu alergi dan bencinya, namun apa yang terjadi, dikala mereka bergaul dan bersahabat bahkan berguru, kebencian yang telah tumbuh dan mereka lakoni, tiba-tiba mereka mencintai ajaran sufi bahkan menjadi sosok dan tokoh ulama sufi terkemuka dunia dikemudian hari.
Sebut saja diantara mereka adalah Imam Ahmad bin Hanbal, sebelum mengenal golongan sufi (tasawuf) melarang putranya berinteraksi dengan mereka ahli sufi. Tetapi setelah beliau mengenal dan mempelajari lebih dekat dengan Syekh Abu Hamzah Al-Baghdadi r.a., seorang sufi, beliau berkata kepada anaknya:
“Wahai anakku. Hendaklah kamu duduk bersama-sama dengan kaum tersebut (sufi). Sesungguhnya ilmu mereka, muraqabah mereka, ketakutan mereka kepada Allah s.w.t., zuhud mereka dan semangat mereka, lebih banyak dari kita.” (Tanwir Al-Qulub M/S: 405). Hal yang sama dialami oleh pengarang kitab “Al-Hikam” Imam Ibnu 'Atha'illah As-Sakandari ra yang merupakan salah seorang ulama Al-Azhar di zaman beliau, yang pada awalnya menolak kaum sufi.
Memuat Komentar ...