Miskin Ilmu Miskin Harta, Apa Nak Jadi?
LADUNI.ID - Untuk kurun ini, menjadi orang yang kaya adalah dambaan setiap orang, panjangnya angan-angan menjadi salah sebab orang ingin kaya. Dengan kekayaan ia bisa membeli apapun, dengan kekayaan ia bisa menyewa siapapun, dengan kekayaan ia bisa berada dimanapun. Namun , sebagai umat beragama yang meyakini adanya kehidupan sesudah kehidupan ini, maka berbicara tentang kekayaan tidak hanya sampai disini, kekayaan bisa mengarahkan seseorang pada kebaikan dengan memahami hakikat harta kekayaan dan ia juga bisa mengantarkan seseorang pada jalan keburukan karena ketidakmampuan mengendalikan dan mengelola harta dengan baik. Sebagai orang yang beragama pula bahwa kekayaan yang dikelola ternyata berdampak pada kehidupan selanjutnya (akhirat).
Dalam QS. 2: 201 dinyatakan Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka. Siapapun pasti menginginkan berada dalam kondisi yang demikian, bahagia di dunia, bahagia di akhirat dan tidak dimasukkan ke neraka. Sebuah obsesi dunia-akhirat harus menjadi prioritas dalam arti sebagai pemicu sekaligus pemacu sinergisitas antara ilmu dan amal.
Sesungguhnya, ada empat tipe manusia yang berkaitan dengan kebahagiaan ini. Pertama, ada manusia yang diberikan keluasan ilmu dan diberi kelebihan harta, Ia alim sekaligus hartawan dan kedua fasilitas ini digunakan untuk kebaikan dan ridha Allah SWT. Ibadahnya kuat, ilmu agama dalam, sikapnya terjaga dan dengan hartanya ia membantu pondok pesantren, anak-anak yatim dan miskin terlantar, menyokong berdirinya lembaga-lembaga pendidikan dan dilakukannya karena didasari oleh ilmunya. Jika melihat sejarah, keluasaan ilmu dan kelebihan harta ini telah dicontohkan oleh Abu Bakar Shiddiq, Utsman bin Affan dan sahabat-sahabat lainnya. Ini adalah kondisi ideal, dan pada zahirnya dapat dikategorikan bahagia dunia bahagia akhirat.
Memuat Komentar ...