Tahun 1880-1891 M: Kontribusi Dayah dalam Mengusir Penjajah
Laduni.ID, Jakarta - Dirilis dari jurnal Mudarrisuna karya Nuraini, “Potret Islam Tradisional ‘Dayah Dan Ulama Di Aceh Abad Ke-20’ dalam Perspektif Sejarah”menyatakan bahwa, Ketika Belanda ke Aceh, terdapat beberapa dayah yang telah berdiri di kawasan tersebut. Ketika perang meletus, dayah memainkan peranan penting dalam perlawanan rakyat Aceh.
Sultan dan para uleebalang tidak sanggup menjalankan roda kepemimpinan, jadi para tentara ingin pemimpin lain untuk melanjutkan perlawanan dalam rangka mempertahankan tanah air mereka. Selain itu, Teuku Panglima Polem membujuk Tgk. Abdul Wahab Tanoh Abee untuk membangkitkan semangat rakyat untuk ikut berperang.
Dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh Teuku Panglima Polem dan beberapa uleebalang yang masih ingin melanjutkan peperangan, Tgk. Chik Tanoh Abee mengatakan bahwa ia setuju dengan gerakan ini jika para uleebalang yang mengambil harta rakyat dengan cara tidak adil, maka ia menginginkan mereka untuk mengembalikan harta tersebut; sebelum berperang melawan musuh, mereka harus membersihkan diri mereka dari ketidakbenaran. Jika tidak, maka dia tidak ingin terlibat dalam peperangan ini dan murid-muridnya tidak akan diizinkan juga.
Dalam pertemuan itu tidak menghasilkan apa-apa, sementara itu beberapa tentara yang ingin melanjutkan perang selanjutnya mencari pemimpin yang lain. Setelah diskusi panjang lebar, salah satu kelompok tentara, yang dikenal dengan utusan Gunong Biram, pergi ke satu dayah di Tiro47 untuk mencari seorang pemimpin. Utusan ini diterima oleh Tgk. Chik Dayah Cut, pada saat itu menjabat sebagai pimpinan Dayah Cut. Tgk. Chik Dayah mendukung keinginan utusan Gunong Biram dan dalam satu pertemuan yang dilaksanakan dengan beberapa muridnya untuk memecahkan masalah yang diajukan oleh utusan tersebut.
Memuat Komentar ...