Dayah Benteng Terakhir Umat dan Lembaga Pendidikan Mandiri

 
Dayah Benteng Terakhir Umat dan Lembaga Pendidikan Mandiri

LADUNI.ID, SEJARAH- Biasanya,   perhatian   ulama   dengan   pendidikan   Muslim   tidak pernah berhenti. Hampir seluruh dayah-dayah di Aceh, dibangun atas dasar inisiatif ulama, yang selalu merasa kekurangan tempat untuk belajar agama bagi generasi muda.

 Salah satu indikasi bahwa kegiatan tersebut atas inisiatif ulama, kebanyakan dayah yang didirikan di Aceh adalah atas tanah milik para ulama sendiri. Ketergantungan pada individu-individu para ulama dan kemurahan hatinya juga merupakan bagian yang dapat menjelaskan bahwa   ketidakmampuan   dayah-dayah   untuk   bertahan selama-lamanya.  

Biasanya   dayah   akan   berhenti   dari   aktivitasnya .manakala  ulama  meninggal  karena  ulama  tersebut  sebagai  pemimpin dayah dan sekaligus pemilik tanah sebagai tempat didirikan dayah.

Pada masa kesultanan, dayah menawarkan tiga tingkatan pengajaran, rangkang (junior), balee (senior) dan dayah manyang (universitas). Di beberapa dayah hanya terdapat junior (rangkang) dan senior (balee), sedangkan di tempat lain hanya ditemui tingkat universitas saja.

Meskipun demikian, di tempat tertentu juga terdapat tiga tingkatan sekaligus, mulai dari junior sampai universitas.   Sebelum   murid   belajar   di   Dayah,   mereka   sudah mampu membaca al-Quran. Kemampuan membaca Al-Quran tersebut, mereka dapatkan dari rumah atau dari seorang teungku di meunasah.  Informasi  tentang  kurikulum sangat  langka  yang  bisa didapatkan dari latar belakang sejarah dayah; tidak seorang sarjana pun yang menjelaskan tentang hal ini

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN