Membaca Karakter Gus Dur yang Banyak Dipengaruhi Ibundanya

 
Membaca Karakter Gus Dur yang Banyak Dipengaruhi Ibundanya
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Karakter Gus Dur banyak dipengaruhi oleh ibundanya, Nyai Sholichah Wahid Hasyim. Perempuan tangguh yang ditinggal wafat suaminya, KH. A. Wahid Hasyim ketika dirinya mengandung putra keenam, Hasyim Wahid, ini mempengaruhi Gus Dur dalam keteguhan memegang prinsip dan kepedulian kepada mereka yang terpinggirkan.

Nyai Hj. Sholichah binti KH. Bisri Syansuri ini sedang mengandung anak keenamnya saat sang suami, KH. Abdul Wahid Hasyim, ulama cum negarawan muda paling moncer dalam sejarah Indonesia, berpulang akibat kecelakaan di Bandung.

Nyai Sholichah, yang belum genap berusia 30 tahun menjanda dengan tanggungan 6 buah hati; Abdurrahman Ad-Dakhil, Aisyah, Shalahuddin, Lily Khadijah, Umar dan Hasyim Wahid. Tak tega melihatnya sendirian di Jakarta, KH. Bisri Syansuri meminta putrinya itu kembali tinggal di Jombang. Nyai Sholichah menolak, dia bertekad membesarkan buah hatinya sendirian di ibu kota. Di era 1950-an, di mana kondisi sosial-politik dan ekonomi tidak stabil, tentu pilihan ini sangat beresiko.

Instingnya sebagai seorang perempuan tangguh mulai terasah saat dia mulai berbisnis beras. Bahkan menjadi makelar mobil dan pemasok material ke kontraktor pun pernah dijalani. Nyai Sholichah juga merintis panti asuhan, rumah bersalin, beberapa majelis taklim, dan kegiatan sosial lainnya. Karakter Gus Dur yang peduli wong cilik, mendahulukan kepentingan orang lain, dan tempat bersandar mereka yang terpinggirkan dan terzalimi, saya kira menurun secara genetik dari ibundanya.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN