Kilas Balik Hari Santri dan Momentum Resolusi Jihad

 
Kilas Balik Hari Santri dan Momentum Resolusi Jihad

LADUNI>ID - 22 Oktober menjadi hari santri memiliki latar belakang yang panjang. Saya menjadi salah satu saksi dan mengikuti dari awal pada sisi resolusi jihad. Sementara sisi ide dan gagasan hari santri hanya saya ikuti dari media.

Hari Santri

Gagasan ini disampaikan oleh seorang Kyai tetangga kampung saya di Malang, tepatnya desa Panggung Rejo Malang, saat masa kampanye pilpres 2013. Capres saat itu berjanji akan meresmikan hari Santri pada tanggal 1 Muharram.

Rupanya setelah Presiden terpilih beliau tetap memenuhi janjinya meresmikan hari Santri, hanya saja dirubah tanggalnya berdasarkan usulan banyak Kyai, termasuk PBNU.

22 Oktober Keluar Resolusi Jihad

Saya tahu persis saat perjuangan pengakuan resolusi jihad oleh PCNU Kota Surabaya, sebab saat itu saya sudah menjadi ketua LBM PCNU Kota Surabaya 2010-2015, di masa kepemimpinan KH Dzulhilmi Dan Gus Saiful Halim, cucu Kyai Ridlwan (Pencipta lambang NU).

PCNU Kota Surabaya kala itu berusaha betul mencari data dan fakta tentang resolusi jihad. Sebab dalam dokumen Negara nyaris tidak disebutkan. Di dalam kurikulum pelajaran juga tidak disinggung sama sekali.

PCNU Surabaya berkali kali melakukan seminar dengan menghadirkan para saksi dan sejarawan, diantara saksinya adalah Kyai Sholeh Qosim Sepanjang Sidoarjo. Ada lagi Drs. Choirul Anam atau yang dikenal dengan sebutan Cak Anam, yang memiliki gedung Museum NU di Surabaya dan telah berkontribusi besar dalam data dan fakta.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN