Santri Goes to Papua: Pemalu
LADUNI.ID, Sorong - Namanya Riawan. Marganya Pauspaus. Saya mengenalnya sejak pertama kali saya ke Kurwato, kendati waktu itu saya belum hafal namanya. Bersama dengan kebanyakan teman-temannya yang lain, ia mengaji dengan saya mulai dari Iqro' 1 hingga 6, yang kemudian berlanjut ke Juz 'Amma.
Putra pertama dari bapak Jono Pauspaus ini termasuk anak yang rajin. Entah berkat ia rajin atau memang ia cerdas, perlahan ia tampak menonjol bila dibandingkan dengan teman-temannya yang lain. Ada memang beberapa anak lainnya yang lebih menonjol ketimbang dirinya. Namun, satu per satu menghilang. Ada yang terpaksa ikut orang tuanya pergi pindah ke Sorong Selatan, ada yang diambil panti asuhan setempat (cc. Kiai Muda Em Qi Full), ada juga yang sudah besar dan saya menduganya sudah malu mengaji lagi.
Karena ia anak yang paling menonjol, tidak jarang bila di saat saya membutuhkan bantuan mengajar, saya menyuruhnya untuk mengajari teman-temannya yang usianya di bawahnya. Lumayan, ia cukup bisa saya andalkan.
Kendati demikian, ada satu sifatnya yang mengganggu kemenonjolannya itu. Yaitu pemalu. Satu sifat yang kelihatannya akan menghambat kemenonjolannya itu di masa mendatang apabila tidak dirubah sejak mulai dari sekarang. Benar, manusia tak ada yang sempurna. Tapi benar pula bahwa tak ada manusia yang tak ingin sempurna.
Betapapun, anak yang kini duduk di kelas 4 SD ini telah menuntaskan Juz 30 atau yang lebih populer disebut dengan Juz 'Amma beberapa hari yang lalu. Sebagaimana tradisi muslim Kokoda bila khatam Juz 'Amma, alhamdulillah, barusan tadi bisa mengadakan tasyakuran ala kadarnya. Tentu saja menu utamanya tetap Papeda.
Memuat Komentar ...