Segeralah Hijrah dari Kata-Kata Ini
Saya sering mendengar dari adik-adik saya ataupun anggota tim kerja saya di kantor yang millenial yang berujar singkat dengan nada kepasrahan, “ntar saja deh, kita ngikut ke mana air mengalir saja…”.
Kata-kata sederhana itu biasanya sebagai sebuah jawaban dari pertanyaan yang biasanya mereka tidak bisa menjawab atau tidak bisa memprediksikan atau tidak bisa merencanakan apa yang akan terjadi kemudian. “Ku maha engke…” kata orang Sunda.
Biasanya tidak seberapa lama, saya panggil adik yang bicara tersebut, saya tanyakan, “mengapa kamu menjawab begitu?”
Biasanya juga mereka tidak bisa menjawab. Diam. Berpikir.
Sayangnya, biasanya saya langsung memberondong juga.
“Kamu pernah perhatikan aliran sungai?” tanya saya singkat.
Mereka akan menjawab pelan, “pernah…” dengan ekspresi mengangguk kepala.
Saya melanjutkan, “benda apa yang kau lihat ikut di aliran sungai itu?”
Mereka terdiam.
“Perhatikan, benda-benda yang ikut aliran sungai itu, biasanya, mohon maaf, sampah yang berupa plastik ataupun kertas, atau barang-barang yang tidak berguna, atau maaf… kotoran manusia…”, saya perhatikan wajah yang di depan saya pada kata-kata saya terakhir yang agak saya tekan sedikit.
Saya lihat, wajah itu mengernyitkan dahi, pertanda jijik, semoga sudah mulai masuk ke hatinya.
Memuat Komentar ...