Cerita Mahasiswa ITS Jadi Relawan Gempa Lombok
LADUNI.ID,LOMBOK - Ikhsan Nur Ariawan, salah satu Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya bercerita secara panjang lebar pengalamanannya menjadi relawan di Lombok. Menurut Ikhsan menjadi relawan harus sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu seseorang yang melakukan sesuatu tanpa mengharapkan imbalan.
Kehidupan yang jauh lebih sulit dirasakan Ikhsan ketika memutuskan untuk membantu masyarakat terdampak gempa tanpa boleh mengeluh.
Panas terik di Posko Induk ITS menjadi saksi bisu Ikhsan bersama Fiamanati Sulaiha, Olga Amelia Veda Putri dan Muhamad Ferdian Hendrawan dalam menjalankan tugas-tugasnya. Kebetulan, angkatan Ikhsan dan tiga rekannya adalah angkatan terakhir dari total sepuluh angkatan yang diterbangkan ke Lombok yang terdiri dari mahasiswa berbagai departemen dan unit kegiatan mahasiswa. Tugas sukarelawan mahasiswa tersebut antara lain, melakukan survei, pendataan, dan lainnya.
Diakui Ikhsan, sapaannya, terdapat kesulitan sukarelawan mahasiswa ITS untuk bisa beradaptasi dengan masyarakat, misalnya saja menyoal bahasa. Sebab, masyarakat Lombok sendiri menggunakan bahasa Sasak. Dan tidak sedikit pula yang tidak menguasai bahasa Indonesia. “Jadi komunikasinya susah,” imbuh mahasiswa departemen Teknik Kelautan ITS ini sebagaimana dilansir situs ITS
Selain itu menurut perbedaan tradisi seperti cara makan yang tidak menggunakan sendok garpu juga membuatnya kaget. Walaupun bagi sebagian besar masyarakat itu adalah hal lumrah, namun diakui Ikhsan, di Lombok ada perbedaannya. “Tidak peduli makanan kering ataupun berkuah, tetap saja tanpa sendok garpu,” tambahnya.
Memuat Komentar ...