Mengintip Fenomena Maulid Warga Betawi, Nasi Kebuli dan “kawan-kawannya”

 
Mengintip Fenomena Maulid Warga Betawi, Nasi Kebuli dan “kawan-kawannya”

 

LADUNI.ID, MAULID- Masyarakat Indonesia, apabila bulan Maulid nabi tiba, perayaan tanpa hidangan istimewa kurang lengkap, hal ini juga dilakoni oleh warga Betawi, hari lahir (maulid) Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bukan hanya dirayakan pada Rabiul Awwal, bulan kelahiran Kanjeng Nabi. Di masjid-masjid tradisional, orang merayakannya sampai dua atau tiga bulan sesudahnya. Bahkan saat khitanan dan pernikahan, kitab maulid selalu dibacakan.

Ternyata bukan hanya kebulinya yang dibanggakan oleh Habib Abdurahman, tapi kharisa buatannya juga sangat dikenal masyarakat. Kharisa — yang terbuat dari daging kambing sebanyak 5 sampai 7 ekor dimasak sejak malam hingga pukul 04.00 pagi — hingga menjadi seperti bubur.

Kemudian daging kambing yang sudah membubur itu dicampur dengan gandum (haverut). Juga setelah diberi bumbu. Setelah berbentuk hidangan bundar seperti kue lapis, di tengahnya diberi diberi lubang untuk minyak samin. Saat akan disantap terlebih dulu dicocol ke minyak samin.

Makanan tersebut dihidangkan saat sarapan pagi hari Jumat setelah sekitar 200 sampai 300 tamu menginap untuk menyaksikan gambus dan ber-zalim. ”Ayah saya menamakan makanan daging kambing yang telah menjadi bubur itu sebagai makanan sayang istri, karena dapat menambah vitalitas yang tinggi hingga bisa menyenangkan istri,” kata Habib Abdurahman sambil tertawa.

Tidak takut kolestrol dan darah tinggi? ”Orang yang hadir ke acara maulid Nabi banyak yang yakin makan nasi kebuli membawa berkah. Untuk menetralisirnya, tiap hidangan untuk 5 atau 6 orang, dilengkapi asinan yang terdiri dari tomat, nanas dan ketimun,” kata Habib.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN