Keberadaan Islam Moderat Turut Jaga Kerukunan Umat Beragama di Bali

 
Keberadaan Islam Moderat Turut Jaga Kerukunan Umat Beragama di Bali

LADUNI.ID | BALI - Keberagaman merupakan salah satu kekuatan budaya di Indonesia, tidak hanya etnis namun juga keyakinan ketuhanan dalam bungkus agama. Bali sebagai destinasi wisata dunia yang terkenal dengan tradisi masyarakat Hindunya menjadi satu simbol dari keberagaman itu, terlebih kini banyak penduduknya merupakan dari agama lain, baik sebagai pendatang maupun penduduk asli.

Islam merupakan agama mayoritas terbesar kedua setelah Hindu di pulau ini, walau hanya berkisar15%, dengan sejarah panjang keberadaannya sejak abad XV melalui jalur perdagangan dan perkawinan campur yang kemudian membentuk komunitas masyarakat baru yang turun temurun di hampir tiap daerah di seluruh Bali. Sebut saja Desa Gelgel Klungkung, Desa Kecicang Amlapura, Desa Pegayaman Buleleng, Desa Loloan Jembrana, Desa Kepaon Denpasar, dan beberapa desa kecil lainnya.

Di desa-desa tersebut diatas hampir semua penduduknya memiliki garis keturunan asli Bali, mereka berkomunikasi menggunakan bahasa Bali dengan dialek daerah khas masing-masing, menerapkan sistem kerukunan lingkungan warga khas Bali (dikenal dengan istilah banjar), dan berinteraksi dengan masyarakat non muslim lainnya dengan baik dan rukun. Ini semua dimungkinkan karena umat muslim awal di Bali menganut dan menjalankan Islam sesuai ajaran para Wali Songo yang moderat dalam menyikapi perbedaan keyakinan saat menjalankan misi dakwahnya seperti yang terlihat di pulau Jawa pada masa itu.

Model dakwah para wali itu tetap dijaga dan terawat hingga kini melalui pelestarian budaya baik dalam hal kesenian, ukhuwah, begitu pula sikap saling menghormati ritual keagamaan masing-masing dengan cara selalu bergotong royong dalam setiap kegiatannya.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN