Khalifah Ustman bin Affan Dibunuh oleh Pemberontak karena Provokasi Politik dan Berita Hoax (1)

 
Khalifah Ustman bin Affan Dibunuh oleh Pemberontak karena Provokasi Politik dan Berita Hoax (1)

Hari Ahad ini menyampaikan mata kuliah Studi Sunnah pada Program Pascasarjana IAIN Pontianak dengan materi pembahasan yang didiskusikan melalui makalah mahasiswa tentang Urgensi Sanad dalam Studi Hadis. Keberadaan sanad suatu hadis menjadi penentu sahih atau tidaknya suatu hadis. Imam Bukhari seorang periwayat dan mukharrij hadis lahir 184 tahun setelah wafatnya Rasulullah SAW. Lalu bagaimana imam Bukhari bisa meriwayatkan hadis Nabi SAW.? Semuanya karena melalui sistem sanad. Proses pelacakan sebuah hadis untuk mengetahui kualitasnya berawal dari sanadnya. Ketika ada suatu ungkapan yang berbahasa Arab, diklaim sebagai hadis, tapi ternyata tidak ada sanadnya, itu artinya bukan hadis. Jika tetap disebut sebagai hadis, maka itulah namanya hadis palsu, karena tidak ada sanadnya. 

Pertanyaannya, sejak kapan pengetatan sistem sanad mulai diberlakukan dalam kajian hadis? Salah satu jawabannya adalah sejak munculnya masa Fitnah, yaitu masa kekacauan, fitnah, kebohongan, hoax merajalela dan terviralkan, saling menjatuhkan, saling menjelekkan, caci makian seperti dianggap biasa, antara satu dengan lainnya sesama umat Islam, terutama karena provokasi politik, pada masa akhir pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan. 


Khalifah Utsman bin ‘Affan menjabat sebagai khalifah setelah terpilih secara demokratis melalui proses pemilihan yang dihadiri semua fraksi perwakilan semua suku terbesar pada zamannya dan menjabat selama 12 tahun. Oleh karena provokasi politik dan konspirasi politik jahat yang dihembuskan oleh Abdullah bin Saba’ bahwa Utsman bin Affan memerintah secara nepotisme, tidak adil, zhalim karena mengangkat para pejabat dari kalangan keluarga terdekat dan para koleganya. Issu dan provokasi politik inilah yang dihembuskan dan diviralkan kepada masyarakat sehingga masyarakat dengan gampang terpengaruh tanpa berpikir rasional dan jernih, akhirnya mereka demonstrasi. Sebagian penduduk Mesir yang terpengaruh sehingga di mata mereka, pokoknya Utsman bin Affan harus diturunkan, semua kebaikannya tertutupi oleh hawa nafsu kekuasaan dan kekuatan politik oleh para pendemo. Singkat cerita, sekitar 6000 orang, 2000 dari Mesir, 2000 dari Basrah, dan 2000 dari Kufah berdemonstrasi dan memberontak, mengepung kediaman khalifah Utsman bin Affan selama kurang lebih 40 hari (lebih sebulan). Para pemberontak berangkat dari Mesir, Basrah dan Kufah berpura-pura datang ke Mekah dan Madinah untuk melaksanakan ibadah haji, tapi tujuan utamanya adalah politik ingin melengserkan dan membunuh khalifah Utsman bin Affan di Madinah. 

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN