Santri Goes To Papua: Simak Inisiasi Taman Baca Masyarakat untuk Berantas Buta Huruf Suku Kokoda
LADUNI.ID, Sorong - Langit nampak cerah Minggu itu. Secerah wajah anak-anak dalam kesibukannya pada selembar HVS. Berganti-ganti mereka mengembalikan dan mengambil pensil-pensil berwarna dari wadahnya yang terbuat dari kertas. Mewarnai. Ya, siang itu anak-anak tengah mewarnai. Dengan pensil warna yang baru dimiliki mereka dari pemberian serombongan orang yang datang, sebuah gambar mereka beri rona.
Itulah aktifitas anak-anak di Taman Baca Masyarakat (TBM) Eme Moe pada 16 Desember 2018 ini. Satu aktifitas yang belum sekalipun ada meski sering juga ingin mengadakannya. Ketiadaan pensil warna itulah kendala yang membuat aktifitas itu tak kunjung diwujudkan. Tapi alhamdulillah, serombongan orang telah berkunjung dan menghilangkan salah satu kendala TBM yang masih rintisan ini.
Mungkin perlu diketahui, TBM Eme Moe berdiri hampir dua tahun lalu, tepatnya pada 3 Mei 2017. Selain karena saya yang suka membaca ini ingin menebarkan virus membaca lewat TBM, TBM ini berdiri juga karena keprihatinan saya terhadap dunia perbukuan di Papua yang bisa dibilang sangat minim. Bukan hanya dari segi yang suka baca, tapi lebih pada akses untuk bisa membaca atau memperoleh buku. Walhasil, bersama masyarakat setempat, selain TBM Eme Moe di Sorong ini, TBM Baitul Akkad juga sudah berdiri di Asmat sewaktu saya di sana dan sekarang dikelola oleh Bapak Abdullah Hafidz, seorang guru SMP dan juga sekretaris PCNU di Asmat.
Sebagai TBM rintisan, TBM Eme Moe tentu saja masih jauh dari ideal sebagaimana yang saya harapkan. Bertempat satu atap dengan Madin Al-Ibriz Iru Nigeiyah, sengaja memang difokuskan untuk menambah wawasan masyarakat asli Papua yang menempati pemukiman Kurwato, yaitu suku Kokoda. Kendati demikian, masyarakat umum di Sorong ini juga dipersilakan apabila ingin berkunjung datang.
Memuat Komentar ...