Wafatnya Karya Sastra
LADUNI.ID - Setiap daerah, wilayah dan negara, memiliki karya sastra, baik; sastra lisan (ada menganggap tradisi lisan), atau sastra tulis.
Dan ketinggian karya sastra di masing-masing daerah atau negara, dipengaruhi oleh sejauh mana para sastrawannya bergumul dengan kondisinya dan pembacaannya terhadap suatu peristiwa, serta bagaimana para kritikusnya bekerja sebagai Kritikus yang sebenarnya.
Karya sastra menjadi tidak laku, bahkan ditelan bumi, bila para; penulis, pembaca, dan kritikus sastra tidak lagi berperan sebagaimana mestinya. Atau negara (pemerintah) yang juga tidak peduli perkembangannya, bahkan justru menenggelamkannya, dengan cara tidak menghargai para sastrawannya dan karya sastranya.
Ketidak kekalan sastra, juga, karena tidak merawat bahasanya sebagai media sastra, hilangnya bukan hanya dipengaruhi oleh sebuah moderniasi, tapi kadang ada unsur kesengajaan, ini yang terjadi dengan tulisan bahasa Melayu, yang juga berdampak pada sastranya. Seperti kata Maman, bahwa kesusastraan Melayu yang ditulis dengan huruf Jawi (Pegon) yang tumbuh semarak di berbagai kesultanan pada abad ke-17 dan ke-18 dengan menghasilkan sejumlah mahakarya, seperti terpinggirkan oleh kesusastraan yang ditulis dengan huruf Latin yang tersebar melalui pemuatannya di berbagai surat kabar.
Sastra Melayu mengalami perubahan luar biasa, dengan huruf Latinnya, karena Belanda dengan alat cetaknya menggunakan huruf Latin, demikian juga di berbagai lembaga pendidikan dan pemerintahan, sedangkan para penulis sastra Melayu (yang kebanyakan adalah Ulama Nusantara) tersingkirkan, karena mereka masih terbiasa menulis dengan huruf Arab Melayu (Pegon/Jawi), Demikian kata Maman.
Memuat Komentar ...