Tarekat GusDur?
LADUNI>ID - Orang-orang yang dekat Gus Dur, bercerita, jika tak ada teman yang diajak bicara dan beliau sendirian, maka dalam waktu yang sunyi sepi itu ia membaca surah al-Fatihah, entah berapa kali, lalu membaca “shalawat” atas Nabi, “tawasul” dan berdo’a untuk dirinya sendiri, kedua orangtua, keluarga, untuk para wali (para kekasih Tuhan), para ulama yang telah wafat dan untuk bangsa dan negara yang dicintainya. Ada juga orang yang bercerita : “Jika tangan Gus Dur tak pernah berhenti bergerak-gerak, seperti mengetuk-ngetuk, sebenarnya dia sedang berzikir : Allah, Allah, Allah. Tangan itu menggantikan tasbih”. Itulah jalan spiritual (thariqah)nya. Aku diam saja.
Aku sendiri tak pernah tahu atau mendengar dan tak pernah bertanya, apakah Tarekat Gus Dur?. Atau Gus Dur itu mengamalkan Tarikat apa: Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Qadiriyah-Naqsyabadiyah, Syazdiliyah, Tijaniyah, Mawlawiyah, Rifa’iyyah atau yang lainnya?. Aku tak bisa menjwab. Aku kira beliau tak terikat pada satu tarekat. Boleh jadi dia juga tak mau berkomentar soal “mu’tabarah” (diakui) atau “ghair mu’tabarah” (tidak diakui) dalam hal ini. Baginya semua tarekat baik adanya, karena ia adalah jalan spiritual yang ditemukan oleh seseorang dengan pengalamannya masing-masing.
Seorang teman mengatakan bahwa beliau telah memperoleh “Ijazah”, semacam perkenan mengamalkan suatu tarekat dari banyak sekali guru-guru atau “mursyid” tarekat, bukan hanya dari dalam negeri, melainkan juga dari luar negeri. Gus Dur terlalu sering berziarah ke tempat-tempat peristirahatan para pendiri Tarekat, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Memuat Komentar ...