Kegersangan Makkah yang Menarik

 
Kegersangan Makkah yang Menarik
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Andaikata tidak ada Ka'bah, Makkah niscaya menjadi kota yang sama sekali tak menarik. Bagaimana tidak? Ia kota yang gersang, kerontang, tak ada rumput, tak ada pepohonan, tak ada sungai dengan air jernih yang mengalir, tak ada bunga, tak ada aneka hiburan, tak ada tarian perempuan, tak ada wajah perempuan, tak ada tempat rekreasi, tak ada artefak, tak ada teater, tak ada lukisan dan tak ada keindahan lainnya. Sepanjang mata memandang yang terlihat adalah gunung-gunung yang cadas dan padang pasir yang membentang luas. Suhu udara sangat panas. Hujan sesekali saja turun dalam setahun. Suhu panas matahari musim panas bisa mencapai 50 derajat celsius.

Satu hal yang istimewa adalah, ia, Makkah, memiliki sumur Zamzam, peninggalan Siti Hajar, ibunda Nabi Ismail bin Ibrahim AS. Ia ada di dalam Masjidil Haram. Airnya terus menjadi sumber kehidupan masyarakat selama beratus abad dan tak pernah kering meski tiap hari diminum oleh beratus ribu orang.

Hari ini Masjidil Haram di mana Ka'bah dan sumur Zamzam berada, sudah dikelilingi oleh hotel-hotel berbintang yang menjulang tinggi nan megah dan super market yang mewah yang menjual aneka kebutuhan para peziarah untuk haji maupun umroh. Aku kini merasakan kehilangan makna sakralitas dan kesyahduan di Masjidil Haram dan Makkah. Ia kini ditelan hiruk pikuk suara-suara beratus ribu manusia yang lalu lalang keluar masuk masjid, hotel dan pasar.

Meski begitu, namun kota ini tetap sangat menarik. Aku sering mengatakan kepada teman-teman bahwa tidak ada kota kecil di dunia ini yang hidup selama 24 jam. Puluhan ribu orang tiap hari memenuhi jalan-jalan di sekitar dan di dalam masjid. Sepanjang mata memandang yang terlihat adalah manusia dengan segala tingkat usia dari bayi, balita, anak-anak hingga lansia, laki-laki dan perempuan. Mereka silih berganti datang dari berbagai penjuru dunia dengan berbagai keragamannya dan keberbedaannya; wajah, warna kulit, pakaian, suku, bahasa dan dialeknya, aliran pemikiran, mazhab, kebiasaan, partai politik, pakaian yang dikenakannya serta perbedaan yang lain. Perempuan-perempuan ada yang bercadar penuh, ada yang hanya membuka matanya dan ada yang berjilbab dengan wajah terbuka. Mereka sengaja datang ke tempat ini dengan senang hati dan penuh kerinduan. Meski mereka masing-masing harus mengeluarkan uang berpuluh juta rupiah. Kita dapat membayangkan berapa ratus miliar uang yang beredar dan berputar di kota ini setiap hari. Dahsyat.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN