Meraih Kelezatan Kuliner Rasulullah dan Keindahan Kebudayaan Roti pada Zaman Abbasiyah
Laduni.ID, Jakarta - Baghdad, kota yang dipandang sebagai persimpangan semesta, merupakan titik strategis yang tak tertandingi, demikianlah yang diungkapkan oleh raja Dinasti Abbasiyah ketika menyadari keberadaan posisi geografisnya yang luar biasa.
Terletak di timur, Baghdad berhadapan langsung dengan kebesaran Cina, sementara di baratnya, melintanglah jalan menuju Gibraltar yang menjadi gerbang utama ke Samudera Atlantik.
Namun, keberadaan Baghdad tidak hanya terbatas pada aspek geografisnya yang mengagumkan. Selama berabad-abad, kota ini menjadi pusat kegiatan intelektual, perdagangan, dan kebudayaan yang tak tertandingi.
Bahkan, beberapa ratus tahun kemudian, Baghdad melahirkan sebuah masakan adiluhung yang menjadi warisan kegemilangan kulinernya bagi dunia.
Pada masa Dinasti Abbasiyah, tradisi roti tetap memegang peranan sentral sebagai makanan pokok bagi rakyat. Baghdad, yang menjadi ibu kota pemerintahan pada masa tersebut, memancarkan kehidupan kosmopolitan yang dinamis.
Di dalam kota yang megah ini, berjejerlah banyak tempat khusus di mana para tukang roti bersemangat menjalankan profesi mereka.
Dari gerai-gerai kecil di sudut-sudut jalanan hingga toko-toko roti yang lebih besar, industri roti berjalan dengan semangat yang membara di berbagai skala, mulai dari usaha kecil hingga menengah.
Hal ini mencerminkan kekayaan budaya dan ekonomi yang berkembang di Baghdad pada masa itu, di mana roti bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol keberlanjutan dan keberagaman masyarakat yang hidup dan berkembang di bawah naungan Dinasti Abbasiyah.
Memuat Komentar ...