Awal Kisah Cinta Mengharukan Sang Pemuda di Semenanjung Negeri Arab
LADUNI.ID, CERPEN- Bumi terus di bakar sang surya, kala itu, tengah terik matahari yang membakar bumi tandus semenanjung (jazirah) Arabia, Ibnu Marzuki dengan sangat bersahaja berangkat menghadap seorang yang terkenal di negeri tersebut, Syekh Ismail Al-Qari.
Mulanya, seakan-akan langkah pemuda jenius yang adalah mahasiswa pascasarjana Universitas Al-Azhar itu bukannya bergerak maju, tetapi mundur. Begitu segannya Ibnu Marzuki al-Atsyih kepada keluarga Syekh Ismail. Meski jantung berdebar-debar ditambah perasaan acuh tidak acuh, ia membulatkan tekad, tetap melangkah hingga tiba di kediaman almarhum Syekh Ismail yang saat meninggalnya dimandikan dan dishalatkab oleh orang shalih yang bisa dikatagorikan waliyullah yang sangat benci kepada kain sarung dan mikrofon yang sempat menegur secara tidak langsung salah seorang Al-Mujaddid negeri sebelah timur Mekkah itu. Padahal kala itu belum adanya handphone dan medsos media yang bisa memberikan informasi supercepat, namun yang namanya waliyullah pasti ada "handphone" supranatural tersendiri.
"Assalamu’alaikum...," ucap Ibnu Marzuki dua kali mengulangi salam. “Seperti tidak ada beliau," gumamnya dalam hati.
"Assalamu’alaikum…,” ucap Ibnu Marzuki lagi saat itu didampingi kawan akrabnya berbadan kurus hitam manis dan murah senyum.
“Wa'alaikumsalam...," jawab Ummi yang merupakan istrinya Syekh Ismail Al-Qari yang merupakan ahli qira’ah sab'ah yang masyhur di semenanjung Arabia itu.
Memuat Komentar ...