Ber-Tuhan, Ber-Kemanusiaan

 
Ber-Tuhan, Ber-Kemanusiaan

LADUNI.ID - Beriman, Berislam dan Bertaqwa seharusnya berbanding lurus dengan insaniyyah, memanusiakan manusia, berbuat baik pada lingkungan, dan makhluq lainnya, hatta makhluq ghaib.

Ajaran-ajaran Islam, selalu memprioritaskan manusia dan makluq lainnya. Walau seakan-akan untuk Tuhan, tapi tataran implementasinya, adalah untuk makhluq Allah lainnya. Ke-langit, tapi membumi.

Kita mulai dari yang paling asasi, setelah syahadat, yaitu shalat. Setelah mulut, hati dan tubuh berikrar hanya Allah Sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai Nabi, maka segala aturan dan ajaran yang berasal dari syariah, harus tunduk kepadanya, jika tidak, maka ia ingkar.

Ajaran shalat, misalnya. Seakan-akan untuk Allah saja, tapi pada hakekatnya ia kembali kepada diri, mushalli dan manusia. Sebagaimana dalam Ayat, "Sesungguhnya shalat, dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar". Berbuat keji dan mungkar kepada siapa, tentunya kepada manusia, lingkungan dan lainnya. Output orang yang shalat, dapat selalu berbuat baik kepada orang lain, tidak boleh sombong, karena setiap geraknya hanya Allah yang Maha Besar, tidak boleh terlalu membudak pada siapa pun, karena hanya Allah tempat sujud, A'la wabihamdih.

Selalu menebar salam, kedamaian, kebaikan dan penghormatan kepada alam semesta, ajaran tahiyyat dalam salam terakhir. Makna filosofi shalat ini sangat luas, baca: (Belajar Hidup dari Gerakan Shalat), Halimi Zuhdy. .

Berikutnya adalah Zakat, zakat mensucikan, dan ini jelas-jelas bagaimana ajaran Allah untuk manusiakan manusia, membantu, berkhidmah dan tolong-menolong. Hidup tidak boleh egois, dengan harta sendiri, ia harus berbagi. Tidak boleh menumpuk kekayaan dan lupa daratan, karena harta yang dimilikinya hanyalak milik Allah, dan harus berbagi pada hambaNya yang lain.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN