Kisah Santri Kecil dan Pahala untuk Sang Ayah
LADUNI.ID, Jakarta - "Dik, istirahato sampean. Udah waktunya ganti orang."
Santri kecil yang disuruh itu tangannya masih merapikan timba.
"Dik, ikut kang-kang yang turun itu loh. Istirahat dulu." Ia menggelengkan kepala. Mulai mengangkat tumpukan timba. Berjalan menuju tumpukan di sudut sana.
"Ayo gendong sini. Terlalu tinggi tangganya buat kamu."
Ia menatap saya. Berjalan pelan-pelan, karena rangkaian besi dan kawat bisa menyakiti kakinya. Saya menghampirinya.
"Yuk, ikut turun."
Saya menjulurkan tangan. Namun sambil menggelengkan kepala, Ia menjulurkan lidah. Melet. Lah?
"Saya masih pengen di sini kang."
"Loh? Kenapa?"
"Kata kang-kang, ngecor itu amal jariyah. Amal yang ga bakal berhenti pahalanya."
"Iya. Tapi kan kamu sudah ikut bantu ngecor dari tadi."
"Saya mau ikut sampai selesai. Biar pahalanya banyak. Kalau banyak kan nanti bisa dibagi ke orang lain."
"Sekarang sudah banyak kok pahalanya."
"Masih kurang kang. Saya ingin bagi pahala ke Ayah saya. Biar terang kuburnya. Kalau terang kan Ayah saya senang."
Senyumnya mengembang. Hati saya terjengkang. Pelan-pelan saya mengalihkan pandang. Menjauh. Siapa yang kuat mendengar jawaban seperti itu?
(Sumber: FP Lirboyo)
Memuat Komentar ...