Buletin Jumat Laduni.ID Edisi 20
Buletin Jumat Laduni.ID resmi untuk dicetak jarak jauh.
Laduni.ID, Jakarta - Dalam kalender Hijriyah terdapat dua belas bulan yang diawali dengan bulan Muharram dan diakhiri dengan bulan Dzulhijjah. Dalam kalender Hijriyah terdapat satu bulan yang disebut bulan Safar yaitu bulan kedua dalam hitungan kalender Hijriyah setelah bulan Muharram.
Dalam sejarahnya penamaan Safar sebagaimana yang dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir adalah keadaan penduduk Arab pada bulan ini selalu sepi dan sunyi dalam arti sepinya rumah-rumah mereka karena orang-orang keluar meninggalkan rumah untuk perang dan bepergian. Ibnu Katsir menjelaskan dalam sebagai berikut:
صَفَرْ: سُمِيَ بِذَلِكَ لِخُلُوِّ بُيُوْتِهِمْ مِنْهُمْ، حِيْنَ يَخْرُجُوْنَ لِلْقِتَالِ وَالْأَسْفَارِ
“Safar: dinamakan dengan nama tersebut, karena sepinya rumah-rumah mereka dari mereka, ketika mereka keluar untuk perang dan bepergian”. (Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, [Darut Thayyibah, 1999], juz IV, halaman 146).
Bulan Safar oleh sebagian besar masyarakat jahiliyyah dan bahkan sampai hari ini masih dianggap sebuah keyakinan bahwa bulan Safar diartikan sebagai bulan yang mendatangkan kesialan. Bulan yang akan mendatangkan berbagai bali dan petaka sehingga masyarakat terperdaya oleh keyakinan semacam itu. Padahal dalam Islam tidak dikenal istilah hari atau bulan tertentu yang berhubungan dengan kesialan. Karena segala sesuatu petaka yang terjadi tidak bisa terlepas dari kehendak Allah SWT dan proses yang dibuat oleh manusia itu sendiri seperti kemaksiatan, kelalaian dan ketidak taatan terhadap perintah Allah.
Memuat Komentar ...