Buletin Jumat Laduni.ID Edisi 35: Meningkatkan Keberagamaan Bumi dan Keberagamaan Sosial
Buletin Jumat Laduni.ID resmi untuk dicetak jarak jauh
Laduni.ID, Jakarta - Agama itu untuk apa? Apakah agama dipersembahkan untuk Tuhan ataukah dianugerahkan untuk manusia? Dalam ungkapan lain, keberagamaan kita untuk apa? Jawabnya agama dan keberagamaan itu bukan dipersembahkan untuk Tuhan dalam arti untuk kepentingan-Nya, melainkan untuk kepentingan makhluk-Nya. Sebab Dia tidak akan kehilangan kekuasaan, kebesaran dan kemuliaan-Nya, sungguhpun manusia tidak menyembah-Nya, tidak memperuntukkan agama dan keberagamaan kepada-Nya. (HR. Muslim dari Abȗ Dzarr al-Ghifârî r.a., dalam Arba’in An-Nawawiyyah). Dan jelas di antara sifat wajib-Nya, qiyâmuhu binafsihi (kokoh, tidak butuh selain-Nya, termasuk persembahan agama dan keberagamaan kita).
Memang agama ini diperuntukkan bagi manusia, bagi kemaslahatan dan kebahagiaan sebagai makhluk (li-mashâlih al-‘ibâd). Oleh karena itu, perlu reorientasi pemahaman, penghayatan dan pengamalan keberagamaan kita. Selama ini orientasi pemahaman, penghayatan dan pengamalan keberagaman kita, pada umumnya, didominasi dengan dimensi teosentris (ketuhanan, hubungan vertikal, hablum minallâh). Model keberagamaan semacam ini mengakibatkan keberagamaan kita hanyalah keberagamaan ritual an sich (agama ritual), berkesan negatif: agama hanya berhubungan dengan urusan ritual belaka, dan mengesampingkan urusan sosial. Keberagamaan kita semacam ini berarti mendominasikan atau melangitkan agama ritual, dan tidak membumikan agama sosial. Ini problem tersendiri.
Memuat Komentar ...