Takaran Proporsional antara Syariat dan Tarekat
Laduni.ID, Jakarta - Dalam beberapa segmen masyarakat Indonesia, di Jawa khususnya, ada semacam dogma yang mengajarkan dikotomis antara ajaran syariat dan tarekat (thariqoh). Dogma ini memberikan gambaran seakan syariat dan tarekat merupakan dua hal yang benar-benar berbeda satu sama lain, dan mengharuskan seseorang untuk memilih salah satunya saja. Pada kasus yang lebih ekstrem, dogma tersebut bahkan berujung pada tindakan menomorsatukan tarekat, dan dalam waktu yang bersamaan, mengesampingkan syariat.
Yang justru terkadang memunculkan keprihatinan adalah tindakan beberapa oknum yang terpengaruh dogma tersebut. Mereka menganggap bahwa jalan yang mereka pilih adalah jalan yang paling benar, sedangkan orang-orang di luar kelompok mereka dianggap sebagai kelompok yang tidak akan mencapai derajat tertinggi dalam hierarki kemuliaan di sisi Allah. Dari satu sudut pandang, tentu tindakan semacam ini merupakan hal yang berpotensi memicu gerakan eksklusif, alih-alih inklusif. Padahal, sudah jamak diketahui bahwa ajaran-ajaran Islam yang dibawa oleh pendahulu kita cenderung inklusif.
Kesenjangan paham semacam ini, jika dikatakan secara jujur, sebenarnya kebanyakan bermuara pada kesalahpahaman -atau bahkan kegagalan dalam memahami- ajaran Islam. Untuk itu perlu ada tindakan untuk meluruskan paham semacam ini, agar tidak terus berlarut-larut serta tidak menimbulkan ketegangan yang berkepanjangan. Setidaknya, ada dua hal yang harus diketengahkan untuk menyelasaikan hal semacam ini.
Memuat Komentar ...