Perbedaan Pemahaman Manusia terhadap Al-Qur'an
Laduni.ID, Jakarta - Salah satu kaidah penting penafsiran Al-Qur'an yang menjadi pegangan para pegiat tafsir adalah sebagian ulama diberi oleh Allah pemahaman yang bisa jadi berbeda dengan yang lainnya, dan itu semua tergantung kemampuannya dalam mengelola hatinya dan kesiapannya dalam menerima pemahaman dari Allah.
Dalil yang sering dipakai oleh para ulama untuk menegaskan kaidah ini adalah pujian Allah kepada Nabi Sulaiman yang diberi-Nya pemahaman terhadap putusan sebuah perkara sedangkan Nabi Dawud tidak diberi, sebagaimana keterangan dalam firman-Nya, Surat Al-Anbiya’ ayat 79:
فَفَهَّمْنٰهَا سُلَيْمٰنَۚ وَكُلًّا اٰتَيْنَا حُكْمًا وَّعِلْمًاۖ
"Dan Kami memberikan pengertian kepada Sulaiman (tentang hukum yang lebih tepat); dan kepada masing-masing Kami berikan hikmah dan ilmu".
Oleh karenanya, perkembangan tafsir Al-Qur'an tidak terelakkan, karena Allah akan selalu menitipkan pemahaman-pemahaman Al-Qur'an kepada para ulama yang Allah kehendaki dengan pemahaman yang "mungkin" baru dimunculkan di era ulama tersebut, mengingat kebutuhan zaman yang mendesak pada masanya.
Dalam hal ini, Nabi Muhammad SAW pernah mengisyaratkan bahwa yang datang belakangan "terkadang" lebih memahami.
لِيُبَلِّغْ الشَّاهِدُ الْغَائِبَ مِنْكُمْ فَلَعَلَّ مَنْ يُبَلَّغُهُ يَكُونُ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ يَسْمَعُهُ، قَالَ مُحَمَّدٌ: وَقَدْ كَانَ ذَاكَ قَالَ: قَدْ كَانَ بَعْضُ مَنْ بُلِّغَهُ أَوْعَى لَهُ مِنْ بَعْضِ مَنْ سَمِعَهُ
Memuat Komentar ...