Menakar Keabsahan Azar sebagai "Ayah" Nabi Ibrahim

 
Menakar Keabsahan Azar sebagai
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Nabi Muhammad SAW merupakan utusan Allah yang lahir dan besar di bawah asuhan suku mulia, yaitu Quraisy. Satu-satunya suku yang paling unggul dan maju dibanding suku-suku yang lain. Selain Allah menjaga akhlak nabi agar terbebas dari kejahatan, di sisi yang lain Allah juga menjaga darah silsilahnya agar tidak terkontaminasi dengan darah yang buruk atau kafir. Jika ditarik ke atas, silsilah Nabi Muhammad akan terhubung kepada Nabi Ibrahim. Dan hal ini tidak bisa terbantahkan kebenarannya.

Nabi Ibrahim adalah satu-satunya nabi yang pernah melakukan  pengembaraan spritual mencari Tuhan yang sejati, Tuhan yang tidak tenggelam ke ufuk barat seperti matahari, Tuhan yang tidak lapuk ketika pagi datang seperti bulan. Tuhan yang dicari adalah Tuhan yang selalu ada dan tidak terikat dengan siang dan malam. Nabi Ibrahim juga mengkritik teologi kaumnya yang menuhankan berhala buatan tangan sendiri.

Kita tahu di dalam banyak rujukan, bahwa Nabi Ibrahim merupakan putra Azar bin Nahur bi Saruh bin Ra’u bin Falij bin Abir bin Syalih bin Arfakhsyadz bin Syam bin Nuh. Dalam beberapa catatan sejarah, Nabi Ibrahim diperkirakan hidup pada abad 1997-1822 SM yang diutus untuk menyampaikan pesan Tuhan kepada “ayah” dan kaumnya, yakni Bangsa Kaldan sekitar 1900 SM di Ur daerah Irak. Akan tetapi Ibrahim wafat di Palestina. Selain Ibrahim dikenal dengan bapak para nabi, namanya juga begitu istimewa dalam Al-Qur’an hingga disebut sebanyak enam puluh sembilan kali.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN