Jazirah Arab sebagai Tanah Persemaian Berkembangnya Islam

 
Jazirah Arab sebagai Tanah Persemaian Berkembangnya Islam
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Sebelum memasuki lebih jauh pembahasan mengenai Sirah Nabi Muhammad SAW dan tentang Jazirah Arab yang merupakan tempat tumbuh kembangnya Islam dan tempat beliau dipilih Allah sebagai rasul untuk seluruh manusia, kita akan berusaha menyingkapkan hikmah Ilahi yang memilih tanah ini sebagai tempat persemaian dan pertumbuhan Islam, dan memilih bangsa Arab sebagai bangsa pertama yang mendakwahkan Islam, bukan bangsa-bangsa yang lain.

Pertama-tama, kita harus memahami ciri khas dan watak bangsa Arab sebelum Islam dan membayangkan kawasan geografis yang mereka jadikan tempat tinggal serta lingkungan sekitarnya, juga membayangkan bagaimana adat istiadat, perangai, dan ciri peradaban umat-umat lain di masa itu, seperti bangsa Persia, Romawi, Yunani dan Hindu.

Kita mulai pembahasan ini dengan menjelaskan secara ringkas kondisi umat-umat yang hidup di sekitar Jazirah Arab tidak lama sebelum Islam datang. Penguasa dan pemimpin dunia saat itu adalah dua negara adidaya, yaitu Persia dan Romawi. Di bawah keduanya, bangsa dan peradaban lain yang cukup besar di masa itu adalah Yunani dan Hindustan.

Persia telah menjadi tanah subur bagi lahir dan berkembangnya aneka macam gagasan keagamaan dan filsafat yang sebagian di antaranya saling bertentangan. Di sana muncul Zoroaster, keyakinan yang dipeluk penguasa Persia. Salah satu ajarannya adalah membolehkan pernikahan seseorang dengan ibunya, putrinya, atau saudara perempuannya sendiri. Misalnya, Yezderged II yang berkuasa di pertengahan abad ke-5 M, menikahi putrinya sendiri. Ada berbagai konsep dan ajaran Zoroaster lainnya yang dianggap menyimpang dari tatanan moral. Namun, kita tidak akan membahasnya di sini. Di tanah Persia pula lahir aliran Mazdakisme yang, sebagaimana dikatakan oleh Imam As-Syahrastani, didasarkan atas ajaran filsafat lain. Aliran ini di antaranya menghalalkan perempuan dan harta benda dan menjadikan keduanya sebagai milik bersama masyarakat, sebagaimana mereka berserikat dalam memiliki air, api, dan rumput. Tentu saja aliran ini mendapat sambutan luar biasa dari para pengumbar nafsu. Padahal secara kemanusiaan, hal itu di luar nalar yang sehat.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN