PROFIL
Berawal dari kegiatan masjid untuk berdakwah yang perlahan-lahan semakin ramai diikuti pengajian oleh masyarakat sekitar. Masyarakat berduyun-duyun melintasi rawa-rawa dengan perahu kecil. Kesulitan dan rintangan yang mereka hadapi mengingatkan kita akan cobaan-cobaan yang harus dihadapi santri untuk mencapai kesempurnaan ilmu dan batin yang lebih tinggi.
Pada perkembangan selanjutnya, karena kondisi alam yang makin membaik dengan makin jarangnya terjadi banjir, masjid sering digunakan untuk kegiatan jamiah daerah luar. Salah satunya adalah Jantiqo (jama‟ah anti koler) yang digagas oleh gus Miek (KH. Hamim Jazuli) Ploso Mojo-Kediri dari beliaulah mulanya usulan supaya KH. Abdul Aziz segera mendirikan Pondok.
Maka atas bantuan dari jamah dan para teman akrab, KH. Abdul Aziz mulai mendirikan lokal untuk pondok dan madrasah. Secara resmi pondok berdiri pada tahun 1994 yang diresmikan oleh KH. Nurul Huda, pengasuh Pondok Ploso Mojo Kediri, dengan nama “MIA” (Ma‟hadul Ilmi Wal Amal) yang nantinya diharapkan menjadi tempat bagi para pencari ilmu serta pengamalannya.
Nama MIA itu sendiri merupakan pemberian dari Gus Miek. Dengan bermodal sekitar sepuluh santri yang menetap di pondok, MIA terus mengalami pengembangan. Lambat laun pondok yang memberlakukan santri seperti keluarga sendiri ini, segera menaruh minat santri-santri dari daerah lain yang jauh untuk mondok.
Dalam perkembangan pondok pesantren Ma'hadul 'Ilmi wal 'Amal (MIA) mengalami perkembangan pesat dan telah memiliki lembaga pendidikan formal yang bernaung dibawah Kemendiknas berupa SMP MIA Tulungagung.
Memuat Komentar ...