Mengkaji Ulang Kepemimpinan Perempuan dan Cita-Cita Al-Qur’an
Laduni.ID, Jakarta - Dr. KH. Husein Muhammad yang akrab disapa Buya Husein, pengasuh Pesantren Daar Al-Fikr Arjawinangun, Cirebon dan pendiri Fahmina Institue, dalam sebuah video wawancara yang diunggah di akun media sosial Puan Amal Hayati, menyebutkan sebuah istilah menarik yang beliau temukan, yaitu istilah “Mantiqotul Jisr” yang berarti tempat pertemuan di tengah-tengah jembatan. Namun, maksud sebenarnya bukanlah “letterlijk” demikian, sebab istilah ini hanya sebuah analogi atas sebuah kondisi realitas yang ingin diuraikan.
Secara runut Buya Husein menjelaskan yang maksud dari istilah “Mantiqotul Jisr” bahwa jembatan itu adalah sebuah jalan yang menghubungkan antara satu titik awal ke titik lainnya sebagai tujuan, maka yang dimaksud dari istilah “Mantiqotul Jisr” adalah sebuah pertemuan antara tradisi sebagai titik awal menuju cita-cita sebagai titik tujuan.
Perubahan atas tradisi adalah sebuah keniscayaan. Al-Qur’an sebagai pedoman hidup seorang muslim itu pada hakikatnya telah selesai dalam artian secara format tekstualnya atas kasus tertentu namun visi atau cita-cita yang dikehendaki masih berlanjut hingga kini.
Jadi, apa yang ada dalam Al-Qur’an hari ini adalah sesungguhnya hasil dari pertemuan antara tradisi di mana teks Al-Qur’an itu hadir untuk pertama kali menuju pada sebuah cita-cita yang dituju pada saat itu. Dan baru sampai di situ, sehingga kita sebagai Kaum Muslim berkewajiban untuk melanjutkannya, tidak boleh berhenti di tengah jalan.
Memuat Komentar ...