Ini Hubungan antara Bahagia di Akhirat dengan Mengejar Sejahtera di Dunia
LADUNI.ID, Jakarta - Ada sebagian umat Islam yang memiliki pandangan menjauhi dunia, hanya memikirkan akhirat dengan melakukan ibadah-ibadah ubudiyah. Hari-harinya diisi dengan shalat, puasa, membaca Al-Qur’an dan sejumlah ritual ibadah lainnya. Apakah demikian sesungguhnya kebahagiaan akhirat dikejar? Apakah hanya dengan rajin melakukan ritual peribadatan formal, maka Islam akan berjaya di dunia?
Ajaran Islam sesungguhnya menegaskan perlunya keseimbangan antara aktivitas ibadah dan keduniaan, tetapi banyak di antara kita yang masih timpang dalam melaksanakannya. Islam mengajarkan bahwa tugas manusia di bumi adalah sebagai khalifah di muka bumi. Dan itu tidak cukup hanya dengan melakukan shalat, puasa, haji atau ibadah formal lainnya.
Pandangan yang memisahkan aktivitas keduniaan dan keakhiratan ini yang menyebabkan lambatnya kemajuan umat Islam. Mereka ingin mendapatkan kebahagiaan di akhirat hanya menyibukkan diri dengan segala macam ibadah ubudiyah sedangkan mereka yang mengejar dunia tidak dianggap memberi kontribusi kepada tujuan hidupnya di akhirat nanti.
Para inovator dalam bisnis, para ilmuwan yang menghabiskan hari-harinya di laboratorium, para politisi yang memperjuangkan kepentingan rakyat, para petani yang menghasilkan pangan atau para pedagang yang mendistribusikan barang, serta profesi lain yang memiliki dampak kepada perbaikan hidup manusia seolah-olah tidak memiliki nilai ukhrawi. Sementara mereka yang hanya sibuk dengan ubudiyah, merasa menjadi orang yang paling dekat dengan Allah, sekalipun tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan publik. Bahkan masih menggantungkan hidupnya dari pemberian orang lain.
Memuat Komentar ...