Belajar Toleransi Agama dari Fakfak Papua dengan Filosofi “Satu Tungku Tiga Batu”

 
Belajar Toleransi Agama dari Fakfak Papua dengan Filosofi “Satu Tungku Tiga Batu”
Sumber Gambar: kemenag.go.id, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Sebagai masyarakat Indonesia, kita menyadari bahwa agama tidak pernah bisa terlepas dari kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila, tidak lain mencerminkan akan hal itu. Karena bangsa Indonesia telah bersepakat untuk berketuhanan, maka konsekuensi yang harus diterima adalah bersikap toleran kepada pemeluk agama lain yang berbeda.

Toleransi agama akan selalu menjadi pembahasan krusial di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan latar belakang masyarakat Indonesia yang agamis, yang mempunyai kepercayaan, meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa, meskipun berbeda-beda agama yang dipeluknya.

Tetapi konflik atas nama agama di tengah masyarakat juga tidak jarang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa persoalan agama yang sensistif sering kali menjadi “pemicu” terjadinya konflik. Selain itu, terkadang kepentingan politik memanfaatkan adanya konflik yang mengatasnamakan agama tersebut. Karena itu, kesadaran untuk membangun toleransi agama harus dibangun sejak dini dan perlu menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari.

Dalam laporan yang dilansir dari BBC News Indonesia berupa artikel yang berjudul ‘Satu tungku tiga batu’ - Warisan leluhur Fakfak di Papua yang ‘melampaui toleransi’ tetapi dikritik kalangan muda”, kita bisa menemukan fakta menarik dalam belajar toleransi agama di Fakfak, Papua.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN