Memilih Sikap Paling Selamat dalam Menanggapi Polemik Nasab Habaib

 
Memilih Sikap Paling Selamat dalam Menanggapi Polemik Nasab Habaib
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Polemik perkara keabsahan nasab habaib yang bersambung sampai Rasulullah SAW belakangan ini masih ramai diperbincangkan dan masih terus digulirkan. Bermula dari tesis dalam tulisan KH. Imaduddin yang dimuat di laman rminubanten.or.id yang meragukan bahkan sampai membatalkan keabsahan nasab para habaib Bani Alawi sebagai dzurriyyah Rasulullah SAW.

Dalam hal ini saya tidak akan masuk dalam polemik yang digulirkan. Saya bukan pakar dalam hal penelitian nasab. Tetapi sebenarnya, sedikit banyak saya juga mengikuti perkembangan perdebatan dalam polemik tersebut. Tidak ada kepentingan apapun, kecuali hanya sekadar menambah khazanah keilmuan.

Saya mengikuti sejumlah tulisan KH. Imaduddin yang kemudian ditanggapi dan disanggah dengan sangat menarik oleh Gus Rumail Abbas melalui tulisan-tulisan yang disebarkan melalui laman islami.co atau di channel youtube Pamitnya Ngantor. Demikian pula saya juga membaca tulisan-tulisan lain dari sejumlah tokoh, seperti Gus Fahrur Rozi, Lora Ismail Kholil dan yang lainnya.

Saya membaca selagi sempat tulisan-tulisan tersebut dengan penuh rasa sabar. Ada semacam gejolak, tapi pada saat yang sama menikmati kajian-kajian ilmiah yang dipaparkan. Satu sisi merasa cemas terhadap tulisan yang meragukan keabsahan nasab habaib tersebut, tapi di sisi lain merasa senang karena dimunculkan bantahan-bantahan ilmiah yang mematahkan keraguan itu.

Sepertinya, awal mula polemik itu digulirkan adalah karena keresahan yang ada di dalam masyarakat yang menjumpai sejumlah oknum yang berkedok gelar habib dengan memanfaatkan penghormatan masyarakat yang memang sejak lama telah tertanam rasa hormat kepada keturunan Rasulullah SAW.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN